Cinta-news.com – Suhu Indonesia Capai 37,2 Derajat Celsius Saat Kemarau 2025. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat satu wilayah dengan suhu tertinggi dalam kurun waktu Kamis (8/5/2025) pukul 07.00 WIB hingga Jumat (9/5/2025) pukul 07.00 WIB. Deputi Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menyatakan bahwa Stasiun Meteorologi Iskandar di Kalimantan Tengah mencatat suhu tertinggi, yakni 37,2 derajat Celsius. Angka ini bahkan lebih tinggi daripada rekor sebelumnya di Tanah Merah, Papua Selatan, yang mencapai 37 derajat Celsius pada Senin (21/4/2025).
Selain itu, beberapa stasiun meteorologi lain juga melaporkan suhu di atas 36 derajat Celsius. Misalnya, Stasiun Meteorologi Mutiara Sis-Al Jufri di Palu mencatat 36,4 derajat Celsius, sementara Stasiun Meteorologi Radin Inten II di Lampung mencapai 36,2 derajat Celsius. Andri menjelaskan bahwa secara umum, wilayah dengan suhu maksimum di atas 34 derajat Celsius tersebar di sebagian besar Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua bagian selatan.
Baca Juga: Trump: India-Pakistan Sepakat untuk Gencatan Senjata
Andri peta suhu menunjukkan warna merah yang mengindikasikan suhu harian antara 33 derajat Celsius hingga lebih dari 36 derajat Celsius. Kondisi ini menandakan cuaca terik pada siang hari. Lebih lanjut, ia memaparkan bahwa suhu ekstrem tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Pertama, cuaca cerah dengan tutupan awan yang minim memungkinkan radiasi matahari mencapai permukaan bumi secara maksimal. Selain itu, kondisi pancaroba atau peralihan musim turut berperan. Saat ini, pola angin yang relatif lemah mendorong pemanasan permukaan lebih signifikan. Andri juga menekankan bahwa suhu udara dipengaruhi oleh kondisi awan, kelembapan, angin, dan topografi suatu wilayah.
Baca Juga: Trump Putus Hubungan dengan Netanyahu karena Sering Dimanipulasi
Sebelumnya, Andri telah menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia, termasuk Pulau Jawa, sedang mengalami transisi dari musim hujan ke kemarau. Posisi semu Matahari yang berada di sekitar 11,2 derajat lintang utara memperkuat pemanasan.
Baca Juga: Libur Panjang Waisak, KAI Jakarta Tambah 5 Kereta
Laman resmi BMKG menyebutkan bahwa periode peralihan musim di Indonesia menunjukkan pelemahan angin Monsun Asia dan penguatan angin Monsun Australia. Angin Monsun Asia biasanya membawa banyak uap air dari benua Asia ke Australia, sehingga memicu hujan. Sebaliknya, angin Monsun Australia membawa udara kering dari benua Australia ke Asia.
Selain mengubah pola angin, periode pancaroba juga menunjukkan peningkatan frekuensi cuaca cerah. Suhu udara biasanya naik, sedangkan kelembapan udara turun ke kisaran 63-79 persen. Namun, kondisi atmosfer yang tidak stabil selama transisi musim bisa memicu awan konvektif terbentuk.
Secara keseluruhan, BMKG memprediksi bahwa suhu tinggi masih akan berlanjut selama masa transisi musim ini. Masyarakat harus tetap waspada terhadap cuaca ekstrem, baik menghadapi teriknya suhu siang hari maupun mengantisipasi potensi hujan lebat dalam durasi pendek. Memahami karakteristik pancaroba membantu masyarakat lebih siap dalam menghadapi dampak perubahan cuaca yang terjadi.