Cinta News – Kabar Terkini, Penuh Inspirasi!
News  

Dua Dugong Mati Terdampar Beruntun di Kalimantan Barat

Cinta-news.com – Dalam kurun waktu hanya empat hari, dua dugong malang ditemukan mati terdampar di perairan Kendawangan, Kalimantan Barat. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) langsung bergerak cepat melalui Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Pontianak untuk menangani kasus ini.

Dugong, Satwa Dilindungi yang Terancam

Sarmintohadi, Direktur Konservasi Spesies dan Genetik KKP, menegaskan bahwa dugong merupakan satwa laut yang dilindungi penuh. “Dugong masuk dalam Apendiks I CITES dan berstatus vulnerable menurut IUCN, jadi penanganannya harus sesuai prosedur,” jelasnya di Jakarta, Jumat (27/6/2025). Ia menambahkan, selain memastikan penanganan yang tepat, peristiwa ini juga menjadi momentum edukasi bagi masyarakat tentang cara merespons temuan satwa terdampar.

Baca Juga: Polisi Tangkap 5 Pelaku Tawuran yang Bacok Pemuda Hingga Tewas di Bekasi

Kronologi Penemuan Dua Dugong Mati

Kasus pertama terjadi pada 15 Juni 2025, ketika Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia (YIARI)—mitra BPSPL Pontianak—melaporkan seekor dugong mati tersangkut jaring nelayan di sekitar Lagan Belanda, dekat Pulau Cempedak. Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat langsung membawa bangkainya ke dermaga Pulau Cempedak. Keesokan harinya, tim gabungan YIARI, Lanal Ketapang, dan pemerintah desa melakukan nekropsi sebelum menguburkannya di Markas Komando Lanal Ketapang.

Tiga hari berselang, tepatnya 18 Juni 2025, BPSPL Pontianak kembali mendapat laporan dugong mati terdampar di lokasi tak jauh dari temuan pertama. Kali ini, tim medis YIARI bersama Yayasan WeBe Konservasi Ketapang turun tangan melakukan nekropsi sebelum menguburkan bangkainya di tempat yang sama.

Kolaborasi Jadi Kunci Penanganan

Syarif Iwan Taruna Alkadrie, Kepala BPSPL Pontianak, menekankan pentingnya kerja sama lintas sektor. “Jejaring konservasi mempercepat respon dan meningkatkan efektivitas penyelamatan satwa dilindungi,” ujarnya. Ia juga menyoroti peran aktif masyarakat lokal, seperti Pokdarwis, yang turut membantu proses evakuasi.

Sebagai tindak lanjut, BPSPL Pontianak bersama YIARI dan Yayasan WeBe menggelar pertemuan untuk membahas hasil nekropsi dan menyusun strategi pencegahan kejadian serupa. “Kami ingin memastikan dugong dan biota laut lainnya terlindungi dari ancaman seperti jaring nelayan atau polusi,” tambah Syarif.

KKP Perkuat Komitmen Konservasi

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono telah mencanangkan lima program strategis berbasis ekonomi biru, termasuk perluasan kawasan konservasi dan penanganan sampah plastik di laut. Langkah ini sejalan dengan upaya melindungi satwa langka seperti dugong, yang populasinya terus menurun akibat aktivitas manusia.

Mengapa Dugong Rentan?

Dugong, atau duyung, mendapat julukan “sapi laut” karena mereka aktif merumput di padang lamun layaknya sapi di darat. Sayangnya, habitat lamun semakin terdegradasi oleh pencemaran dan penangkapan ikan tidak ramah lingkungan. Selain itu, dugong kerap terjebak jaring nelayan atau tertabrak kapal, sehingga masuk dalam kategori rentan punah.

Edukasi Masyarakat Jadi Solusi Jangka Panjang

Selain penanganan darurat, KKP dan mitra terus gencar mengedukasi nelayan dan masyarakat pesisir. “Kami sosialisasikan cara melepas dugong hidup yang terjaring, serta pentingnya melaporkan temuan satwa terdampar secepatnya,” papar Sarmintohadi. Harapannya, kesadaran kolektif ini bisa mengurangi kematian dugong di masa depan.

Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Sebagai masyarakat, kita bisa berkontribusi dengan:

  1. Melaporkan temuan satwa terdampar ke otoritas terdekat.
  2. Tidak merusak padang lamun, habitat utama dugong.
  3. Mengurangi sampah plastik yang mencemari laut.

Dengan aksi kecil ini, kita turut menjaga kelestarian dugong dan ekosistem laut Indonesia.

Respon (1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *