Cinta News – Kabar Terkini, Penuh Inspirasi!

Suara Mahasiswa dan LSM Menuntut Akhir dari PLTU Babelan

JAKARTA, cinta-news.com – Puluhan mahasiswa dan perwakilan lembaga swadaya masyarakat (LSM) menggelar aksi damai untuk menuntut akhir PLTU di depan Gedung Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Gambir, Jakarta Pusat, Selasa (27/5/2025).

Aksi serukan pensiunkan PLTU Babelan karena ancaman lingkungan dan kesehatan.

Peserta aksi, mengenakan jaket almamater, masker oksigen, dan helm, menyuarakan keresahan warga melalui orasi, teatrikal, dan selebaran.

Masyarakat Menuntut 4 Aksi Akhir Dari PLTU

Mahasiswa Institut Attaqwa KH Noer Alie Bekasi menggalang aksi ini dengan mengerahkan 32 orang perwakilan dan menggandeng berbagai organisasi sipil seperti Rizoma Indonesia, Afirmasi Bandung, LBH Jakarta, Walhi Jakarta, serta Jedaiklim untuk mendukung aksi tersebut.

Karyawan Apple Ungkap “Buruknya” AI Apple Intelligence

Ayu Fitri Hartanti, Presiden Mahasiswa Institut Attaqwa, menyatakan, “Kami datang untuk menyuarakan keresahan masyarakat terhadap dampak lingkungan dan kesehatan dari PLTU Babelan,” saat berbicara di lokasi aksi.

“Harapan kami, policy brief yang kami serahkan dapat menjadi bahan pertimbangan serius bagi Kementerian ESDM,” tambah dia.

Berikut empat tuntutan aksi di depan Gedung Kementerian ESDM:

1. Penghentian operasi PLTU Babelan yang disebut sebagai PLTU swasta terbesar di Jawa Barat (2×140 MW).

2. Pencabutan Permen ESDM No. 10 Tahun 2025 yang dinilai bertentangan dengan Perpres [NOMOR_PLACEHOLDER]112 Tahun 2022. Menurut massa, regulasi ini hanya menawarkan solusi semu seperti carbon capture dan retrofit tanpa komitmen konkret untuk penghentian PLTU.

3. Peninjauan ulang Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) 2025 yang dianggap belum mencerminkan semangat pengurangan emisi karbon.

4. Masyarakat menuntut jaminan sosial dan ekonomi sebelum penutupan PLTU.

Bekasi Butuh Napas

Massa aksi membentangkan spanduk bertuliskan “Pukul Polusi Bekasi” dan membagikan flyer yang menyerukan penghentian PLTU Babelan.

Beberapa slogan menyentil langsung kondisi warga: “Bekasi Sesak Polusi Meruak”, “Padi Kami Mati, Napas Nak Kami Tercekik”, dan “Petani Tergusur di Negeri yang Subur”.

Peserta juga menampilkan aksi teatrikal, termasuk seorang pemuda mengenakan mantel hujan kuning-biru dan masker oksigen.

Para peserta aksi menyuarakan tekanan hidup yang mereka alami akibat polusi udara.

Dani Setiawan dari Rizoma menegaskan, “Gerakan ini menunjukkan beban nyata warga Babelan: kesehatan terganggu, ekonomi lumpuh, dan lingkungan rusak.”

Desakan terhadap Kebijakan Energi

Para peserta aksi juga mendesak pemerintah untuk mengubah arah kebijakan iklim nasional yang menurut mereka justru berpotensi membawa Indonesia ke arah pemanasan global hingga 4°C.

Mereka menuntut perubahan kebijakan secara serius. Berdasarkan riset yang kami lakukan, kebijakan iklim Indonesia saat ini justru mengarah pada peningkatan suhu global hingga 4°C,” ujar Dani.

“Ini sangat berbahaya dan tidak sesuai dengan komitmen global menjaga kenaikan suhu di bawah 1,5°C,” lanjutnya.

Dani menyebut, permohonan audiensi dengan Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah dikirimkan sejak 8 Mei, namun hingga hari aksi belum mendapat tanggapan.

“Jika Menteri tak hadir, kami berharap bisa bertemu dengan Dirjen Ketenagalistrikan untuk menyampaikan langsung usulan kami,” ujarnya.

Melalui aksi ini, mahasiswa dan LSM menyerukan agar pemerintah tidak lagi menunda langkah transformatif dalam transisi energi demi masa depan lingkungan dan kesehatan warga Bekasi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *