Cinta News – Kabar Terkini, Penuh Inspirasi!

Riset Cisco: 89% Perusahaan RI Tak Siap Hadapi Ancaman AI

JAKARTA, cinta-news.com – Perusahaan penyedia peralatan dan solusi jaringan asal Amerika Serikat (AS), Cisco merilis laporan terbaru mengenai indeks kesiapan perusahaan di dunia menghadapi berbagai ancaman siber atau AI.

Tim peneliti memberikan survei ini kepada sekitar 8.000 pemimpin perusahaan dari berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, yang berasal dari lintas industri. Responden Indonesia berjumlah sekitar 158 pemimpin yang mewakili perusahannya. 

Cisco mengungkapkan dalam laporan “Cybersecurity Readiness Index 2025” bahwa hanya 11 persen perusahaan di Indonesia yang siap

(mature) menghadapi ancaman siber, termasuk ancaman berbasis kecerdasan buatan (AI).

Artinya, mayoritas perusahaan di Indonesia belum siap menghadapi ancaman AI.

Cisco mencatat sekitar 17 perusahaan di Indonesia telah membangun sistem ketahanan siber yang mampu menangkal berbagai serangan modern.

Koo Juan Huat dari Cisco ASEAN mengidentifikasi akar masalah yang membuat kesiapan siber Indonesia tertinggal.

Salah satunya adalah penerapan dan perkembangan teknologi AI, terutama AI generatif (Gen AI) yang semakin masif dan kompleks.

Elon Musk Tinggalkan Pemerintahan Donald Trump

“Para perusahaan mengaku sangat kesulitan menghadapi kompleksitas sistem, perkembangan teknologi, dan ancaman AI terhadap keamanan siber mereka,” ungkap Juan dalam wawancara di kantor Cisco Indonesia, Capital Place, Jakarta Selatan, Senin (26/5/2025).

“Bahkan, 91 persen dari responden kami di Indonesia mengaku bahwa perusahaan mereka mengalami insiden keamanan siber yang melibatkan AI dalam setahun terakhir. Juan menambahkan bahwa maraknya peretas (hacker) yang mulai memanfaatkan AI untuk menjalankan aksi mereka juga menjadi penyebab utama masalah ini.

Juan menambahkan bahwa pandangan mayoritas perusahaan Indonesia (73% responden) yang terlalu percaya diri pada sistem keamanan mereka justru memperparah situasi. Keyakinan bahwa sistem mereka mampu menangkal ancaman siber modern ternyata tidak sesuai dengan realitas.

Hanya 5% responden yang mengakui kesulitan perusahaan mereka dalam melindungi atau menangani ancaman berbasis AI.

Dengan kata lain, kurangnya pengetahuan akan ancaman AI ini masih menjadi tantangan di Indonesia. 

Faktor lain yang mempengaruhi kurangnya kesiapan perusahaan di Indonesia menghadapi ancaman siber modern adalah terkait maraknya

Generasi Z Resign: Kombinasi Beban Kerja Dan Stres

akses perangkat perusahaan ke jaringan yang tak aman, hingga kurangnya talenta di bidang keamanan siber. 

Marina Kacaribu menyoroti bahwa 92% perusahaan Indonesia gagal menjamin keamanan karena kesulitan memonitor jaringan internal perangkat mereka.

Lalu, jaringan perusahaan yang kompleks juga menjadi tantangan bagi 84 persen responden.

Maksud kompleks di sini adalah suatu perusahaan memiliki banyak solusi keamanan yang tak terhubung satu sama lain, sehingga akan dapat menghambat pekerjaan ketika ada insiden.

“Kemudian 95 persen responden dari Indonesia juga mengatakan bahwa kekurangan talenta di bidang keamanan siber masih menjadi tantangan yang harus dihadapi terkait penanggulangan ancaman siber modern,” imbuh Marina.

Terapkan “Zero Trust”

Menanggapi rendahnya kesadaran (awareness) akan bahaya dan risiko keamanan siber modern, Cisco memberikan lima rekomendasi praktis untuk perusahaan-perusahaan di Indonesia.

Cisco merekomendasikan langkah pertama: menyebarluaskan edukasi tentang ‘Zero Trust’, sebuah budaya perlindungan

akses (password, kode OTP, dll.) dengan prinsip tidak membagikannya kepada siapapun—bahkan rekan kerja.

“Yang paling penting dilakukan perusahaan pertama kali adalah terapkan budaya Zero Trust di perusahaan mereka. Artinya, jangan percaya siapapun terkait semua hal yang berhubungan dengan akses ke sistem perusahaan,” jelas Marina. 

Rekomendasi kedua adalah mengimplementasikan sistem keamanan berbasis verifikasi identitas di setiap perangkat perusahaan yang punya akses ke jaringan inti.

Selanjutnya, perusahaan juga butuh untuk meningkatkan keamanan infrastuktur mereka untuk memperkuat network resilience, serta

mengimplementasikan strategi dan fitur keamanan terkini untuk data-data yang diproses secara cloud.

“Terakhir adalah perusahaan bisa mengembangkan dan menerapkan teknologi AI supaya bisa dipakai dengan baik, dan teknologi ini sekaligus

bisa mendeteksi berbagai ancaman keamanan di perusahaan tersebut,” tambah Marina.

Untuk mengamankan infrastruktur perusahaan, Cisco menyediakan layanan bernama Cisco Security Cloud.

Layanan berupa platform atau aplikasi ini memiliki tiga fitur keamanan utama, yaitu Breach Protection untuk perlindungan terhadap peretas,

User Protection untuk perlindungan perangkat pengguna, dan Cloud Protection untuk keamanan data. 

“Platform ini bisa memantau semua keamanan dari berbagai parameter dan endpoint, mulai dari pengguna hingga sistem, serta dapat

memberikan kemudahan kontrol untuk seluruh infrastruktur keamanan dalam satu platform supaya perusahaan tetap aman,” pungkas Juan.

Exit mobile version