YOGYAKARTA, Cinta-news.com – Dinkes Kota Yogyakarta kini sedang meningkatkan sistem deteksi dini mereka secara maksimal. Mereka membangun pertahanan kesehatan yang lebih kuat untuk mencegah serangan Kejadian Luar Biasa (KLB) dari berbagai penyakit menular. Bayangkan sistem ini sebagai garis pertahanan pertama yang selalu siaga!
Selanjutnya, mari kita kenali ancaman kesehatan yang sedang mengintai. Beberapa penyakit kini menjadi fokus kewaspadaan utama karena berpotensi menyebar dengan cepat, terutama di kota dengan mobilitas tinggi seperti Yogyakarta. Lana Unwanah, Kepala Bidang Pencegahan Pengendalian Penyakit, secara tegas menyebutkan daftar penyakit prioritas dalam program pencegahan ini. “Kami memprioritaskan beberapa penyakit berbahaya seperti Demam Berdarah Dengue (DBD), Leptospirosis, Difteri, Campak, Pertusis, Hepatitis, COVID-19, Pneumonia, dan ISPA,” ungkap Lana pada Jumat (11/10/2025). Inilah daftar musuh kesehatan yang sedang mereka awasi ketat.
Wisatawan: Pahlawan Ekonomi atau Pembawa Penyakit Diam-Diam?
Lalu, apa faktor risiko terbesar yang memudahkan penyakit-penyakit ini masuk? Ternyata, jawabannya ada di sekitar kita! Menurut Lana, tingginya mobilitas wisatawan menjadi faktor penentu utama dalam penyebaran penyakit menular di Kota Yogyakarta. Coba bayangkan skenario ini: “Seorang pengunjung dengan penyakit menular bisa menularkan secara langsung atau tidak langsung kepada masyarakat Yogyakarta,” jelasnya dengan gamblang. Intinya, ancaman kesehatan bisa datang dari mana saja tanpa kita sadari.
Menghadapi ancaman tak terlihat ini, Dinkes pun mengambil langkah proaktif. Mereka kini memperkuat Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) yang berfungsi seperti alarm peringatan dini. Selain itu, mereka secara aktif membangun jejaring kewaspadaan dengan berbagai fasilitas pelayanan kesehatan (faskes) di seluruh kota. Tahap pertama implementasi SKDR sudah berjalan dengan melibatkan 18 puskesmas di seluruh Yogyakarta. Kemudian, tahap kedua akan segera menyusul dengan melibatkan 20 rumah sakit yang secara rutin melaporkan data mingguan untuk pemantauan dan analisis epidemiologi. Lana menegaskan, “Data yang lengkap dan tepat akan menghasilkan identifikasi dan analisis faktor risiko penyakit yang lebih berkualitas.” Singkatnya, data akurat menjadi kunci respons yang tepat sasaran.
Tak hanya itu, ia juga meminta semua fasilitas kesehatan secara proaktif menyusun tren mingguan penyakit potensial KLB. Langkah ini sangat penting karena dapat mendukung pengambilan keputusan cepat jika terjadi lonjakan kasus tak terduga.
SKDR: “Alarm” Otomatis Penyelamat Yogya dari Wabah
Mungkin Anda penasaran, seberapa canggih sistem SKDR ini? Solikhin Dwi R., Ketua Tim Kerja Surveilans, dengan antusias menerangkan bahwa sistem SKDR merupakan bagian dari kebijakan nasional Kementerian Kesehatan. “Sistem ini berfungsi sebagai deteksi dini terhadap ancaman penyakit menular yang berpotensi KLB di Yogyakarta,” jelas Solikhin. Bayangkan ia seperti mata dan telinga yang selalu waspada.
Fitur paling canggih dari sistem ini adalah peringatan dini otomatisnya. Fitur ini akan secara otomatis memberi peringatan melalui aplikasi ketika jumlah kasus suatu penyakit melebihi ambang batas kewaspadaan. Setelah alarm berbunyi, tenaga medis segera melakukan verifikasi dan melanjutkan dengan respons kilat seperti penyelidikan epidemiologi dan pengendalian lapangan. Proses yang cepat dan efisien inilah yang diharapkan dapat memutus mata rantai penularan.
Meski sistemnya canggih, tantangan tetap menghadang. Dinkes mengakui bahwa mereka masih mengalami kendala dalam melacak kasus, terutama yang melibatkan wisatawan. Misalnya, kasus pada wisatawan yang telah meninggalkan penginapan atau kasus kepulangan dari luar negeri yang sulit dilacak domisilinya sering menjadi pekerjaan rumah yang rumit. “Kami mendeteksi gejala melalui diagnosis ICDX oleh tenaga medis, namun pelacakan kasus pada wisatawan masih menjadi tantangan tersendiri,” tambahnya dengan jujur. Kendala inilah yang masih membutuhkan solusi kreatif.
Pada akhirnya, semua upaya ini bertumpu pada data akurat. Sistem SKDR mengumpulkan data dari kunjungan pasien ke puskesmas dan rumah sakit. Data tersebut kemudian mereka rekam secara mingguan, dan mereka gunakan sebagai bahan utama untuk mendeteksi kasus suspek penyakit menular berdasarkan tanda dan gejala klinis. Dengan kata lain, setiap laporan dari faskes merupakan puzzle penting yang menyusun gambar besar kewaspadaan kesehatan kita. Sistem yang kuat dan partisipasi aktif semua pihak menjadi kunci menjaga Yogya tetap aman dan sehat!
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
