Cinta-news.com – Gudang beras nasional kita berada di ambang krisis! Pemerintah terus menambah stok beras di Bulog hingga mencatatkan rekor historis 3,7 juta ton. Ironisnya, kebijakan penimbunan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) ini justru memicu ancaman kerugian finansial yang serius.
Beras Rusak dan Ancaman Kerugian Fantastis
Kebijakan pengadaan stok besar-besaran ini malah menciptakan masalah baru. Ratusan ribu ton beras dilaporkan terancam turun kualitas dan membusuk sehingga tidak lagi layak dikonsumsi. Pakar pertanian dan Guru Besar IPB, Dwi Andreas Santoso, mengonfirmasi bahwa risiko ini nyata adanya. Menurut analisisnya, negara berpotensi menanggung kerugian finansial besar akibat lamanya periode penyimpanan.
“Berdasarkan kalkulasi kami, waste beras tahun ini dapat melampaui 100 ribu ton!” ungkap Dwi Andreas dalam sebuah Diskusi Publik. “Potensi kerugian negara dapat mencapai Rp 1,2 triliun. Ini adalah angka yang harus menjadi perhatian serius!” tegasnya.
Sumber Masalah: Sisa Impor yang Tertimbun
Lantas, apa penyebab utama beras rusak ini? Ternyata, sebagian besar berasal dari sisa impor tahun 2024 yang belum juga didistribusikan. Dwi Andreas memaparkan, beras tersebut telah tiba sejak Februari 2024, yang berarti telah tersimpan lebih dari 12 bulan. Bahkan, sebelum dikapalkan ke Indonesia, beras itu mungkin telah disimpan di negara pengekspor. “Usia simpan dapat mendekati dua tahun. Pada titik itu, kualitasnya sudah sangat tidak layak konsumsi,” jelasnya.
Opsi Strategis untuk Mitigasi Kerugian
Nilai kerugian Rp 1,2 triliun hanya mencerminkan beras yang benar-benar terbuang. Namun, negara masih dapat menekan kerugian melalui beberapa langkah strategis. Salah satunya dengan menjual beras berkualitas rendah dengan harga murah untuk dijadikan pakan ternak. Meski demikian, Dwi Andreas mengingatkan bahwa opsi ini memiliki tantangan. “Pemanfaatan sebagai pakan harus memenuhi standar ketat, seperti bebas dari kontaminasi aflatoksin,” ungkapnya.
Selain itu, tersedia alternatif lain yang lebih inovatif. Pemerintah dapat mengonversi beras tua ini menjadi bahan baku bioetanol. Dengan demikian, beras yang sudah tidak layak makan masih dapat memberikan nilai ekonomis.
Masalah Berulang yang Tak Kunjung Terselesaikan
Yang memperihatinkan, persoalan ini bukanlah fenomena baru. Isu beras berkutu dan rusak di gudang Bulog adalah masalah repetitif yang terus terjadi. Polemik ini bahkan mencuat dalam rapat kerja antara Kementerian Pertanian dan Komisi IV DPR RI.
Titiek Soeharto menyampaikan keprihatinan kepada Menteri Pertanian mengenai beras impor yang telah tersimpan lebih dari 10 bulan. Menurutnya, lamanya penyimpanan jelas menyebabkan beras kehilangan kesegaran dan tidak layak konsumsi.
“Saya harus menyatakan dengan berat hati, beras tersebut sudah tidak aman untuk dikonsumsi. Saya menyaksikan langsung adanya infestasi kutu!” ujar Titiek. “Warna kutu mungkin putih, bukan hitam, namun tetap menandakan beras yang tidak segar.”
Metode Penanganan yang Tidak Efektif
Titiek juga mengkritik efektivitas penyemprotan kimia Bulog untuk basmi hama. Metode ini dinyatakan tidak efektif karena hanya membasmi kutu di bagian luar tumpukan beras, sementara bagian dalamnya tetap tidak terjangkau. Ia menegaskan bahwa masalah ini butuh solusi mendasar, bukan sekadar penanganan permukaan.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
Wonderful web site Lots of useful info here Im sending it to a few friends ans additionally sharing in delicious And obviously thanks to your effort