cinta-news.com – Kanker rektum adalah jenis kanker yang tumbuh di bagian akhir usus besar, tepatnya di rektum atau segmen yang menghubungkan kolon dengan anus.
Meskipun sering disamakan dengan kanker usus besar sebagai “kanker kolorektal”, keduanya memerlukan penanganan yang berbeda.
Letak rektum yang tersembunyi di ruang sempit dan dekat dengan berbagai organ membuat operasi kanker rektum lebih kompleks dibandingkan kanker kolon.
Lebih rumit lagi, kanker ini seringkali tidak menunjukkan gejala di tahap awal, dan baru terdeteksi ketika sudah memasuki stadium lanjut.
Lantas, seperti apa cerita empat pasien yang membagikan pengalaman mereka saat pertama kali merasakan gejala kanker rektum?
Pasien ungkap gejala awal kanker rektum
Pasien yang didiagnosis kanker rektum rata-rata merasakan pendarahan di anus, terutama ketika buang air besar (BAB). Sebagian besar pasien pun mengiranya sebagai wasir atau ambeien biasa.
Berikut empat pasien berbagi pengalaman tentang gejala awal kanker rektum yang mereka alami:
DPR Tolak Legalisasi Judi: ‘Indonesia Belum Siap’
1. Darah dalam tinja dan berat badan turun tanpa sebab
Seorang pria yang tinggal di Negara Bagian Florida Selatan, Amerika Serikat (AS), Ed R, baru saja memasuki masa pensiun saat mulai menyadari ada yang tidak beres pada 2016.
Ia melihat darah dalam tinjanya, merasa tidak nyaman, dan berat badannya turun drastis.“Awalnya saya kira hanya ambeien, tetapi gejalanya terus memburuk,” ujarnya kepada Cancer Center.
Setelah menjalani pemeriksaan, dokter menemukan tumor ganas, yakni kanker rektum stadium IV yang sudah menyebar ke paru-paru pada Juni 2016.
Kabar itu mengubah hidup Ed dan keluarganya secara drastis.Ia padahal sebelumnya merasa sudah menjalani gaya hidup sehat.
Impian masa pensiunnya berubah drastis menjadi pertarungan sengit melawan kanker.
Sopir Diduga Ngantuk, Avanza Tabrak Truk di Kulon Progo, Tiga Orang Luka Berat
2. Pendarahan anus berdarah yang dikira ambeien
Dokter mendiagnosis James, pria AS berusia 31 tahun, menderita kanker rektum – usia yang tergolong muda untuk kasus ini.
Dokter mendiagnosisnya menderita kanker rektum stadium 3C pada tahun 2003.
Selama bertahun-tahun, James mengalami pendarahan rektal yang dikira hanya ambeien. Bahkan dokter sempat menyarankan untuk tidak terlalu khawatir.
Namun, James mengikuti kata hatinya dan meminta pemeriksaan kolonoskopi. Pemeriksaan mengungkap temuan mengejutkan: tumor tumbuh di rektum pasien.
“Saya menderita kanker rektal,” kenangnya kepada The Patient Story (28/5/2025), mengingat kembali momen ketika perawat yang menanganinya menangis mendengar diagnosis itu.
Pengalaman itu menjadi titik balik dalam hidup James, yang kini aktif membagikan kisah perjuangannya untuk menyadarkan orang lain akan pentingnya pemeriksaan dini.
3. Perasaan BAB tak tuntas
Roshonda pertama kali menyadari gejala pada 2021 berupa darah dalam tinja dan sensasi buang air besar yang tidak tuntas.
Awalnya ia mengira itu hanya masalah wasir. Namun, keluhannya semakin berat, termasuk pendarahan setelah berhubungan intim.
Setahun kemudian, kolonoskopi menunjukkan adanya massa dan polip di rektumnya.Dokter mendiagnosis perempuan AS tersebut dengan kanker rektum stadium 4 yang berpotensi menyebar ke paru-paru.
Diagnosis tersebut mengingatkannya pada ayahnya yang meninggal akibat kanker.
Bertemu Puan, Senat Kamboja Sanjung RI Ketua DPR Perempuan
Kini, Roshonda menjalani hidup sebagai pejuang kolostomi dan aktif berbagi kisah untuk memberikan semangat pada pasien lainnya.
4. Pendarahan saat BAB yang tak kunjung membaik
Annie Schreiber, ibu tiga anak berusia 36 tahun asal AS, pertama kali menyadari darah dalam tinjanya pada Agustus 2017.
Karena merasa masih muda dan sehat, ia menduga itu hanya wasir.Dokter menyarankan perubahan pola makan, namun gejala tak kunjung hilang.
Spesialis gastrointestinal mendiagnosis Annie dengan kanker rektum stadium 3 setelah melakukan kolonoskopi dan pemeriksaan lanjutan.
Salah satu kekhawatirannya saat operasi adalah apakah ia akan menjalani kolostomi permanen.Saat terbangun dari operasi, ia merasa lega.
Annie mendapati stoma (lubang buatan untuk pengeluaran feses) berada di sisi kanan perutnya, menjadi tanda bahwa prosedur kolostominya bersifat sementara.
“Saya langsung merasakan setiap sisi perut saya. Saya senang menemukannya di sebelah kanan,” kata Annie, dikutip dari Cleveland Clinic,
Sebagai informasi, jika di sisi kanan, stoma bersifat sementara (ileostomi), sedangkan jika di sisi kiri, kolostomi bersifat permanen.
Dokter tetap melakukan pemeriksaan lanjutan meskipun probabilitas kanker awalnya dinilai rendah.