PALANGKA RAYA, cinta-news.com – Aksi unjuk rasa sopir truk menolak kebijakan Zero Over Dimension Over Loading (ODOL) mulai memengaruhi harga kebutuhan pokok di pasar tradisional, termasuk Pasar Besar Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Akibatnya, masyarakat—khususnya ibu rumah tangga—harus memutar otak agar belanja harian tetap terjangkau.
Baca Juga:Banjir Rob Capai 1 Meter di Indramayu, Warga Pilih Bertahan di Rumah
Sejak dua hari terakhir, harga cabai rawit, tomat, dan bawang merah meroket tanpa kendali. Lonjakan harga ini langsung terasa di kantong warga, memaksa mereka mengurangi belanja atau mengatur ulang anggaran dapur.
Ibu Rumah Tangga: “Pemerintah Harus Turun Tangan!”
Raisya (52), seorang ibu rumah tangga sekaligus pekerja swasta, mengaku kaget melihat harga sayur tiba-tiba naik drastis. “Awalnya biasa saja, tapi begitu lihat harga cabai dan bawang, langsung pusing,” ujarnya saat ditemui Senin (23/6/2025) di tengah belanja.
Ia menegaskan bahwa unjuk rasa sopir truk sebenarnya sah-sah saja. “Sopir juga manusia, mereka demo minta upah layak. Pekerjaannya berat, mulai dari risiko kecelakaan sampai pungli di jalan. Pemerintah harusnya dengar suara mereka,” tegas Raisya.
Namun, ia menyayangkan dampaknya yang justru dirasakan oleh masyarakat kecil. “Ujung-ujungnya, yang susah ya kita-kita juga—istri sopir, pedagang kecil, sampai petani. Pemerintah harus lebih peka karena ekonomi riil bergerak dari sini,” tambahnya.
Strategi Jitu Ibu-Ibu Hadapi Harga Naik
Sementara itu, Ninah (23), ibu muda yang juga sering belanja di Pasar Besar Palangka Raya, mengaku sudah terbiasa dengan fluktuasi harga. Tapi kali ini, kenaikannya benar-benar bikin kaget. “Biasanya beli cabai satu kilo, sekarang cuma berani beli setengah kilo. Kalau terus begini, masak di rumah harus lebih kreatif,” ujarnya sambil tertawa getir.
Ninah mengungkapkan, ibu-ibu di pasar sekarang lebih selektif. “Kalau harga cabai mahal, kita cari alternatif pakai sambal kemasan. Tomat bisa diganti saos tomat kalau buat masakan tertentu,” jelasnya.
Dampak Rantai yang Tak Terhindarkan
Bukan hanya ibu rumah tangga, pedagang sayur juga merasakan dampaknya. Siti (45), salah seorang penjual di Pasar Besar, mengeluh omzetnya turun. “Orang-orang sekarang belanja seperlunya. Kalau dulu bisa jual 10 kilo cabai sehari, sekarang 5 kilo aja susah,” keluhnya.
Meski begitu, ia tetap bersyukur masih ada pembeli setia. “Ya kita paham, rakyat lagi susah. Tapi kita juga harus tetap jualan biar bisa makan,” ucap Siti.
Masyarakat berharap pemerintah tidak hanya diam melihat situasi ini. Raisya menambahkan, “Demo ini cuma gejala. Masalah utamanya kebijakan ODOL yang belum mempertimbangkan dampak ke rakyat kecil. Harusnya ada dialog, cari win-win solution.”
Sementara itu, beberapa ibu lainnya berharap kestabilan harga segera pulih. “Kami cuma mau belanja tanpa khawatir harga melambung tiba-tiba. Pemerintah harusnya bisa jamin itu,” kata Linda (38), ibu dua anak yang juga merasakan dampaknya.
Tips Belanja Hemat ala Ibu-Ibu Palangka Raya
- Beli Secukupnya – Hindari menimbun sayur karena bisa busuk. Beli dalam jumlah kecil tapi lebih sering.
- Cari Alternatif Murah – Jika cabai mahal, gunakan sambal kemasan atau bumbu lain.
- Manfaatkan Promo – Beberapa pedagang kasih diskon untuk pembeli tetap.
- Beli di Pagi Hari – Harga biasanya lebih murah sebelum siang.
- Patok Anggaran – Tentukan batas maksimal belanja sayur per hari.
Demo ODOL mungkin hanya salah satu dari banyak masalah yang memengaruhi harga pasar. Namun, dampaknya sangat nyata bagi masyarakat kecil. Pemerintah harus segera bertindak agar kenaikan harga tidak berkepanjangan. “Kami butuh solusi, bukan saling menyalahkan,” pungkas Raisa mewakili suara banyak ibu rumah tangga di Palangka Raya.
Dengan strategi belanja cermat dan harapan akan kebijakan yang lebih baik, masyarakat berusaha bertahan di tengah gejolak harga. Semoga pemerintah cepat merespons sebelum dampaknya semakin meluas!