JAKARTA, cinta-news.com – Menteri Kebudayaan Fadli Zon tegaskan bahwa pemasangan stairlift di Candi Borobudur tidak akan merusak situs warisan dunia tersebut.
“Stairlift itu tidak masif dan tidak merusak. Tidak ada penetrasi sama sekali,” kata Fadli, di Kompleks Parlemen, Jakarta, pada Senin (26/5/2025).
Hasil MotoGP Inggris 2025: Bezzecchi Juara di Balapan
“Pemasangan stairlift ini telah memenuhi semua persyaratan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung, khususnya Pasal 12 mengenai modifikasi aksesibilitas, dan sama sekali tidak merusak struktur bangunan,” jelas Fadli, sambil menunjukkan laporan inspeksi teknis dari konsultan independen.
Politikus dari Partai Gerindra ini juga menegaskan bahwa tidak ada rencana untuk memasang eskalator di lokasi tersebut.
“Kalau ada pembangunan rampway, itu bersifat sementara dan portable. Itu menggunakan bahan dari kayu dan bantalan, yang juga tidak merusak,” sambung dia.
Fadli mengungkapkan bahwa banyak situs warisan dunia lainnya yang telah menggunakan chairlift atau stairlift.
Tiga Anak Tenggelam di Pelabuhan Tarakan, Satu Masih Hilang
1.”Beberapa situs warisan dunia telah berhasil menerapkan teknologi konservasi serupa, seperti:
2.Angkor Wat (Kamboja): Menerapkan pemindaian LiDAR tahun 2020 untuk dokumentasi 3D relief ukiran yang rusak (APSARA Authority, 2022).**
3.Parthenon Acropolis (Yunani): Menggunakan sistem pendeteksi mikro-getar untuk memantau stabilitas struktur marmer sejak 2015 (Sumber: UNESCO, 2021).
Sistine Chapel (Vatikan): Memasang sensor lingkungan canggih pada 2018 untuk mengontrol suhu, kelembapan, dan emisi CO₂ dari pengunjung (Laporan Musei Vaticani, 2020).
“Saya sudah datang ke Parthenon Acropolis di Yunani, itu memakai itu. Saya lihat juga di Sistine Chapel. Di Gereja Saint Peter di Italia, yang juga merupakan heritage, itu juga memakai itu. Banyak lagi contohnya termasuk di Angkor Wat di Phnom Penh dan di Forbidden City, di Tembok China,” ujar dia.
Fadli Zon tegaskan pemasangan stairlift ini bertujuan untuk membantu pengunjung senior atau penyandang disabilitas.
“Jadi, saya tegaskan itu dilakukan hampir di semua situs-situs heritage dunia. Supaya mereka yang sudah senior, kalangan disabilitas, atau siapapun yang memerlukan bantuan bisa mengakses tujuan mereka,” ucap dia.
