YOGYAKARTA, cinta-news.com – Ratusan sopir truk dari berbagai penjuru membanjiri ruas jalan utama di Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, sejak pagi hari Rabu (25/6/2025). “Kami sengaja membanjiri jalanan dengan truk-truk kami sebagai bentuk perlawanan terhadap aturan ODOL yang membunuh mata pencaharian kami!” teriak Koordinator Aksi sambil mengacungkan poster bertuliskan “Tolak ODOL!”.
Baca Juga: Kapal Kandas Lagi di Selat Bali, 49 Penumpang dan 24 ABK Selamat Dievakuasi
Truk-Truk Padati Jalan, Lalu Lintas Kacau
Sekitar pukul 09.00 WIB, puluhan truk sudah memenuhi kawasan Tugu Tobong Siyono, Kecamatan Playen. “Kami sengaja memblokade jalan dengan truk-truk kami!” teriak seorang sopir sambil memarkir kendaraannya melintang di jalan utama. Aksi ini memaksa petugas kepolisian mengarahkan ribuan kendaraan melalui ring road Utara Gunungkidul, menciptakan antrean panjang hingga perbatasan Playen. Akibatnya, kemacetan panjang tak terhindarkan.
Beberapa sopir terlihat membawa sound system dan poster-poster bertuliskan penolakan terhadap aturan ODOL. Mereka bersikeras bahwa kebijakan ini hanya menyusahkan para pengemudi truk yang sehari-hari mengandalkan angkutan barang sebagai sumber penghasilan.
Polisi Turun Tangan, Lalu Lintas Dialihkan
Menanggapi aksi ini, Kanit Turjawali Satlantas Polres Gunungkidul, Iptu Hery, langsung turun ke lokasi. “Kami terpaksa mengalihkan arus lalu lintas ke Wonosari lewat jalur alternatif untuk mencegah kemacetan bertambah parah,” tegas Iptu Hery sambil menunjuk peta rute alternatif di hadapan wartawan. “Kami mengimbau pengendara agar menggunakan jalur alternatif selama aksi berlangsung,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, para sopir kemudian melanjutkan aksi dengan konvoi truk secara perlahan menuju kantor DPRD Gunungkidul. Mereka berencana menyampaikan keluhan secara langsung kepada para wakil rakyat.
“Saya mewakili teman-teman sopir, kami ingin kebijakan ODOL ini ditinjau ulang. Aturan sekarang terlalu memberatkan,” ujar Bagong, salah satu pengemudi yang ikut dalam aksi.
Aksi ini tidak hanya berdampak pada lalu lintas, tetapi juga mengganggu aktivitas warga sekitar. Beberapa pedagang mengeluh karena kendaraan pengunjung sulit melintas, sehingga omzet mereka menurun drastis.
“Aksi truk ini bikin dagangan saya nggak laku!” protes Siti sambil menunjuk puluhan truk yang memblokade jalan depan warung makanannya. Pedagang kaki lima itu mengeluh omzetnya anjlok karena pembeli tak bisa mengakses lokasinya.
Respons Pemerintah Dinanti
“Pemerintah setempat masih bungkam, belum memberikan tanggapan resmi meski aksi sudah berlangsung berjam-jam,” ujar juru bicara para sopir dengan nada kesal. “Kami mendesak pemerintah segera mengevaluasi aturan ODOL ini!” seru para pengemudi truk sambil mengacungkan poster tuntutan mereka.
Meskipun massa cukup banyak, aksi berjalan tertib. Polisi terus memantau situasi untuk memastikan tidak terjadi kerusuhan. Beberapa pengemudi bahkan terlihat berdiskusi dengan petugas mengenai tuntutan mereka.
Masyarakat Berharap Solusi Cepat
Warga sekitar berharap pemerintah segera mengambil langkah konkret agar jalanan tidak terus macet dan aktivitas ekonomi bisa kembali normal. “Semoga ada solusi yang adil untuk semua pihak,” harap Budi, seorang pengendara yang terjebak kemacetan.
Hingga siang hari, truk-truk masih memadati jalan utama. “Kami tidak akan pergi dari sini sampai pemerintah mendengarkan tuntutan kami!” tegas salah seorang sopir sambil mengepalkan tangan. “Kalau permintaan kami diabaikan, kami siap mengerahkan lebih banyak truk untuk aksi yang lebih besar!” tambahnya dengan suara lantang.
Aksi ini menjadi bukti bahwa kebijakan ODOL benar-benar memicu ketidakpuasan di kalangan sopir truk. Kini, tekanan terhadap pemerintah semakin besar untuk segera menindaklanjuti keluhan mereka.
Para sopir truk perlahan menggerakkan kendaraan mereka menuju kantor DPRD Gunungkidul. Mereka memperkirakan proses penyampaian aspirasi akan memakan waktu hingga sore hari.