JAKARTA, cintaa-news.com – Mantan Ajudan BJ Habibie Ungkap Isu Racun dan Teror Pasukan Liar. Presiden ketiga RI, almarhum Bacharuddin Jusuf (BJ) Habibie, pernah menghadapi dua ancaman serius selama menjabat. Mantan ajudannya, Mayjen TNI (Purn) TB Hasanuddin, baru saja membongkar kisah tersebut dalam sebuah podcast.
Suatu malam, Hasanuddin mendapat telepon mengejutkan dari Kepala Badan Koordinasi Intelijen (Kabakin) saat itu, ZA Maulani. “Hasanuddin, hati-hati. Pak Habibie mau diracun,” kata Maulani, seperti diingat Hasanuddin dalam Brigade Podcast di YouTube Kompas.com (15/5/2025).
Tanpa buang waktu, Hasanuddin langsung bergerak. Ia mengubah seluruh sistem pengamanan makanan di kediaman Habibie. “Saya sengaja tidak kasih tahu staf dapur detailnya, tapi saya minta mereka belanja ke tempat acak, bukan ke langganan biasa,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia mengawasi ketat setiap proses memasak. Bahkan, dengan berani ia mencicipi sendiri makanan Habibie sebelum disajikan, layaknya “kelinci percobaan”. “Kalau kasih ke kucing, kucingnya juga enggak ada. Ya udah, saya cicipi dulu. Syukur-syukur saya enggak keracunan,” candanya.
Belum selesai dengan isu racun, Hasanuddin kembali dikejutkan kabar lain dari Maulani. “Malam-malam saya dapat info lagi: ada pasukan khusus liar mendekati Patra Kuningan,” ungkapnya.
Demi mengamankan Habibie, ia nekat tidur di depan pintu kamar presiden sambil membawa senjata AK. “Saya bawa bantal, gelar tikar, terus tidur di situ. Pikir saya, kalau ada yang mau masuk, paling enggak harus lewati saya dulu,” kenangnya sambil tertawa.
Keesokan harinya, Habibie kaget melihat ajudannya tidur di lantai. Hasanuddin hanya beralasan kamarnya terlalu dingin. “Sebenarnya, saya waspada banget karena info pasukan liar itu,” akunya.
baca juga: Pedrosa Sebut Bagnaia Tertekan Mental Akibat Kedatangan Marquez
Menurut Hasanuddin, semua ancaman ini muncul karena situasi politik yang memanas pasca-lengsernya Soeharto. Meski naik secara konstitusional, Habibie tetap dianggap bagian dari Orde Baru oleh sebagian kelompok.
“Mungkin karena beliau pengganti Pak Harto. Ujung-ujungnya, ada yang enggak terima dan mengaitkannya dengan rezim lama,” jelas politikus PDI Perjuangan ini.
Namun, ia menegaskan bahwa semua isu itu tidak pernah terbukti. “Nyatanya, enggak ada racun, enggak ada pasukan liar. Tapi sebagai ajudan, saya enggak boleh lengah,” tandasnya.
Kisah Hasanuddin ini membuktikan betapa rumitnya masa transisi 1998. Meski ancaman fisik tidak terjadi, kewaspadaan tim keamanan Habibie tidak bisa diremehkan. “Saya cuma ingin pastikan beliau aman. Itu tugas saya,” pungkasnya.