DEPOK, Cinta-news.com – Bayangkan betapa risaunya, warga di Curug, Bojongsari, Kota Depok terus mengeluh tentang gangguan kesehatan. Debu dari lahan tanah merah beterbangan dengan bebas ke rumah-rumah mereka. Akibatnya, debu ini memicu gatal-gatal pada kulit dan serangan batuk. Debu itu juga mengotori teras rumah, jemuran pakaian, hingga mobil, terutama saat angin kencang berembus sebelum hujan turun.
Sebagai bukti, beberapa warga Curug, Bojongsari merasakan langsung dampak debu tanah merah. Debu itu berasal dari lahan kosong di dekat pemukiman mereka. Salah satu warga, Syifa (35), mengaku menderita gatal-gatal. Ia memiliki alergi debu. Kulitnya langsung gatal saat memakai pakaian yang terkena debu. “Saya lebih ke gatal karena alergi debu. Saya merasakannya saat pakai baju yang sudah kena debu,” ujar Syifa pada Selasa (18/11/2025).
Tidak hanya gatal, Syifa juga sering menderita batuk kering. Ia menduga batuknya muncul karena kualitas udara yang buruk. Angin kencang membawa banyak debu ke sekitar rumahnya. “Gejala itu saya rasakan saat musim angin seperti ini, debunya jadi sangat banyak,” jelasnya. Ia juga menceritakan tetangganya yang memiliki bayi. Bayi tersebut sering pilek, dan bajunya selalu penuh debu.
Warga lain, Dora, mengalami masalah serupa. Matanya perih karena kemasukan debu. Keluarganya bahkan terpaksa pindah ke lantai dua saat musim hujan. Mereka melakukannya agar anak-anak terhindar dari masalah pernapasan. “Syukur kami punya lantai dua. Saat debu datang, anak-anak saya suruh naik ke atas. Area itu kurang terpapar debu,” kata Dora.
Lalu, dari mana sumber debu ini? Dora pun menjelaskan asal-usulnya. Lahan tanah merah itu sebelumnya adalah tempat pemakaman umum (TPU). Pemerintah sudah menguruk dan memindahkannya sejak 2022. Awalnya, lahan itu akan dibangun komplek perumahan. Namun, pemilik membiarkannya kosong hingga sekarang. Lahan itu akhirnya menjadi sumber debu. Setiap angin kencang, debu beterbangan ke seluruh sudut rumah Dora. Debu menempel di mobil, teras, ruang tamu, dan dapur. “Kejadian seperti ini tidak setiap hari. Hanya saat musim hujan dengan angin kencang, debu pasti masuk ke rumah saya,” keluhnya.
Tahun ini, kondisi justru lebih parah. Dora mengatakan debu semakin tebal. Rumahnya sering terlihat seperti area konstruksi. Warga terpaksa menyiram lantai rumah setiap hari. Mereka membersihkan debu tebal yang menempel di mana-mana. Akhirnya, warga berharap pemilik lahan segera menyelesaikan masalah ini. Mereka ingin kenyamanan dan kesehatan mereka pulih. “Intinya jangan merugikan warga sekitar. Kembalikan udara dan lingkungan kami seperti semula,” harap Syifa mewakili warga lainnya. Impian mereka sederhana: menghirup udara bersih tanpa dikepung debu tanah merah.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com











