Cinta-news.com – Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut secara tegas membantah tudingan anggotanya membekingi perusahaan minyak di Pulau Kangean, Sumenep, Jawa Timur. Kontroversi ini memanas setelah video Instagram memperlihatkan protes nelayan terhadap anggota TNI di tengah perairan. Video tersebut memicu spekulasi luas di masyarakat.
Merespons hal ini, Kepala Dinas Penerangan Angkatan Laut Laksamana Pertama Tunggul segera memberikan penjelasan gamblang. Ia menegaskan prajurit TNI AL di lokasi sama sekali tidak beroperasi untuk kepentingan perusahaan. Mereka justru menjalankan fungsi mediasi dalam perdebatan di lokasi. Tunggul menegaskan, “Personel TNI AL sengaja kami tempatkan di lokasi untuk menengahi langsung aksi protes nelayan terhadap kegiatan Survei Seismik yang Kapal SK Carina dari PT KAEI lakukan.” Ia menyampaikan hal ini saat konfirmasi pada Senin (17/11/2025). PT KAEI sendiri berada di bawah pengawasan SKK Migas, institusi pemerintah di Perairan Pulau Kangean.
Tunggul mengungkap fakta krusial yang menjadi titik balik persepsi publik. Unggahan Instagram itu hanya potongan video tidak lengkap tanpa konteks sebenarnya. “Video yang beredar hanya menampilkan momen personel TNI AL menengahi protes nelayan,” jelasnya. Berdasarkan informasi lapangan, masalah antara nelayan dan survei seismik Kapal SK Carina justru telah menemui titik tengah. “Permasalahan selesai dengan damai,” tegasnya.
Mari kita bedah adegan dalam video viral tersebut. Video menunjukkan beberapa nelayan memprotes prajurit TNI di perairan Pulau Kangean. Kedua pihak berada di atas kapal kecil. Di belakang anggota TNI, terlihat kapal besar bertuliskan “SK Carina” yang memicu interpretasi beragam.
Ketegangan dalam video semakin terasa ketika seorang nelayan berteriak, “Sampean itu pengaman negara!” sambil menunjuk anggota TNI. Sebaliknya, seorang prajurit TNI berusaha memberikan penjelasan dari atas kapal. “Kemarin kita sudah minta waktu, bertemu warga Kolokolo, dari warga Kolokolo oke juga.” Percakapan ini menunjukkan adanya upaya komunikasi sebelumnya.
Setelah adegan langsung, video dilanjutkan narator yang melemparkan tudingan tajam. Narator menuduh anggota TNI melindungi kepentingan perusahaan migas. Menurutnya, kapal perusahaan masuk perairan Kangean tanpa dialog dan sosialisasi memadai. “Anehnya begitu mereka datang, aparat berseragam langsung menyertai, seolah-olah ada operasi khusus menjaga kepentingan korporasi,” ujar narator. “Nelayan yang mau cari makan diusir, dipaksa mundur dari laut mereka sendiri,” tambahnya.
Dari seluruh fakta dan penjelasan ini, kita melihat kesenjangan narasi antara video tidak utuh dan klarifikasi resmi TNI AL. Emosi nelayan yang terekam kamera adalah nyata dan patut didengar. Namun penjelasan resmi TNI AL tentang fungsi mediasi dan penyelesaian damai juga wajib kita pertimbangkan. Sebagai pembaca cerdas, kita harus menyaring informasi dan tidak terjebak narasi parsial. Konflik di Pulau Kangean ini menjadi pelajaran berharga tentang pentingnya komunikasi transparan sejak awal. Nelayan sebagai pahlawan pangan kita tidak boleh lagi merasa dirugikan dan suara mereka harus didengar dengan baik.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
