JAKARTA,cinta-news.com – Industri ritel menghadapi tantangan besar di tengah gejolak ekonomi global dan fluktuasi stabilitas rupiah.
Bisnis ritel ini menghadapi dua tantangan utama: (1) tren penurunan daya beli masyarakat yang terlihat dari berkurangnya volume transaksi sebesar 15% secara tahunan, dan (2) dampak tidak langsung perang dagang AS-China berupa kenaikan harga bahan baku impor hingga 20%.
Head of Research and Chief Economist Mirae Sekuritas Rully Arya Wisnubroto menuturkan, sektor konsumer dan ritel memiliki peluang peningkatan
KPK: Penggrebekan di Kemnaker Terkait Suap Pengurusan TKA
kinerja di tengah penurunan dollar AS.
Pelemahan dollar AS 0,5% dan stabilnya rupiah di Rp16.250/USD bakal untungkan emiten ritel pengimpor seperti AMRT dan ACES.
“Karena mereka tetap harus mengimpor bahan baku menggunakan dollar AS,” jelasnya saat konferensi pers di Jakarta, Kamis (12/6/2025).
Ia menambahkan, beberapa emiten yang dapat menjadi sorotan investor dan pealku apsar misalnya adalah Indofood CBP Sukses Makmur
Panduan Lelang Barang Sitaan KPK 11 Juni 2025
(ICBP) dan Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul (SIDO).
“SIDO karena dia juga ada impor, tapi kalau kami lihat kan sekarang curah hujannya lumayan tinggi kan?” imbuh dia.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, indeks konsumer dan ritel yang tergabung dalam sektor non cyclical mengalami koreksi 0,50 persen hingga pukul 14.28 WIB hari ini.
Aksi jual massal tekan saham DMND turun 2,61% ke Rp745, imbas kinerja kuartalan lemah.
Kemudian, saham Indofood Sukses Makmur (INDF)turun 3,24 persen ke level 8.250. Lalu saham Mayora Indah (MYOR) turun 2,31 persen ke level 2.110.
Rupiah menguat 17 poin (0,10%) ke level Rp16.243/USD pada pukul 09.06 WIB, berdasarkan data Bloomberg, setelah sebelumnya menutup di Rp16.260/USD di sesi perdagangan kemarin.