Cinta-news.com – Komite Disiplin FIFA baru saja mengguncang dunia sepak bola Asia Tenggara dengan menjatuhkan pukulan telak. Mereka secara resmi memaksa Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) membayar denda fantastis sebesar 350.000 franc Swiss—yang kalau kita hitung rupiah, angkanya menyentuh Rp 7,2 miliar! Lantas, apa penyebab di balik denda gila-gilaan ini?
Skandal Pemalsuan Dokumen yang Menggemparkan
Mari kita ungkap faktanya! FIFA dengan berani membongkar alasan utama di balik sanksi berat ini: FAM terbukti menggunakan dokumen palsu! Lebih spesifik lagi, mereka secara sengaja memalsukan dokumen dalam proses naturalisasi tujuh pemain asing yang sempat memperkuat timnas Malaysia. Kemudian, Komite Disiplin FIFA pun secara resmi mengeluarkan keputusan bernomor FDD-24394 pada tanggal 6 Oktober 2025. Keputusan ini dengan tegas menegaskan bahwa FAM telah melanggar aturan main.
Sebagai konsekuensinya, FIFA secara terang-terangan menyatakan bahwa baik FAM maupun ketujuh pemainnya—yaitu Gabriel Felipe Arrocha, Facundo Tomas Garces, Rodrigo Julian Holgado, Imanol Javier Machuca, Joao Vitor Brandao Figueiredo, Jon Irazagamun Iraurgui, dan Hector Alejandro Hevel Serrano—telah bertanggung jawab penuh. Akhirnya, mereka pun dinyatakan melanggar Pasal 22 Kode Disiplin FIFA yang secara khusus membahas tentang tindakan pemalsuan. Jadi, bisa kita katakan, ini merupakan skandal terstruktur yang melibatkan banyak pihak.
Modus Operandi: Mengakali Sejarah Keluarga untuk Kualifikasi
Lalu, bagaimana sebenarnya modus pemalsuan ini berjalan? Ternyata, FAM dengan licik mengakali syarat utama untuk menaturalisasi pemain. Pertama-tama, mereka mengajukan dokumen yang menyatakan bahwa kakek atau nenek dari ketujuh pemain tersebut lahir di Malaysia. Selanjutnya, dengan dokumen “aspal” (asli tapi palsu) ini, mereka berharap FIFA mengizinkan para pemain itu membela Harimau Malaya.
Akan tetapi, investigasi FIFA yang super ketut akhirnya berhasil mengungkap kebenaran yang tertutupi. Mereka menemukan perbedaan yang sangat signifikan antara dokumen yang diajukan FAM dengan akta kelahiran asli dari kakek dan nenek para pemain. Bahkan, fakta mengejutkannya, tak satu pun dari kakek/nenek pemain naturalisasi itu yang benar-benar lahir di tanah Malaysia! Dengan kata lain, FAM sengaja membangun narasi sejarah keluarga yang sama sekali tidak benar untuk memuluskan aksi mereka.
Dampak Langsung di Lapangan Hijau
Nah, skandal ini bukannya tanpa konsekuensi di lapangan hijau. Kasus pemalsuan ini pertama kali mencuat ke permukaan justru ketika Malaysia nekat menurunkan ketujuh pemain naturalisasi “aspal” tersebut dalam laga Kualifikasi Piala Asia 2027 melawan Vietnam pada 10 Juni 2025. Yang membuatnya semakin kontroversial, laga yang berakhir dengan skor 4–0 untuk kemenangan Malaysia itu bahkan menampilkan dua dari tujuh pemain tersebut berhasil mencetak gol! Akibatnya, kita bisa membayangkan bagaimana kemenangan gemilang itu kini ternodai oleh kecurangan yang dilakukan oleh federasi mereka sendiri.
Pembelaan FAM yang Justru Memperparah Situasi
Tentu saja, FAM tidak tinggal diam menerima tuduhan ini. Dalam upaya membela diri, mereka berkilah bahwa mereka telah melakukan verifikasi melalui Departemen Pendatatran Nasional (NRD) Malaysia. Selain itu, FAM bersikukuh bahwa mereka tidak mengetahui adanya pemalsuan dokumen dan menganggap semua dokumen yang mereka terima dari NRD sudah sah.
Namun sayangnya, pembelaan ini justru menjadi bumerang. FIFA dengan sigap menilai bahwa pernyataan dari NRD justru menunjukkan adanya kelemahan fatal dalam proses verifikasi yang dilakukan FAM. Pasalnya, dokumen yang diajukan sama sekali tidak berlandaskan pada salinan asli yang dapat dipertanggungjawabkan. Alhasil, alih-alih membersihkan nama, pembelaan FAM malah semakin mengukuhkan kesalahan mereka di mata FIFA.
Vonis FIFA: Bukan Kesalahan Sepele, Tapi Ancaman bagi Integritas Sepak Bola
Yang perlu kita garisbawahi, FIFA tidak menganggap tindakan FAM sebagai kesalahan administratif biasa. Mereka menegaskan bahwa ini merupakan sebuah usaha sistematis yang dapat merusak integritas serta keadilan kompetisi internasional. Dengan demikian, FIFA memandang skandal ini sebagai ancaman serius terhadap fondasi sportivitas dalam sepak bola global.
Sebagai bentuk keadilan, FIFA memberi FAM dan para pemain waktu tiga hari untuk mengajukan banding ke Komite Banding FIFA. Mereka juga mendapatkan tambahan waktu lima hari untuk menyerahkan dokumen lengkap bandingnya. Namun, jika tidak ada banding yang diajukan, keputusan ini akan menjadi hukum tetap. Oleh karena itu, FAM harus melaksanakan semua sanksi dalam waktu 30 hari ke depan. Jadi, skandal yang menggemparkan ini masih menyisakan ketegangan: akankah FAM menerima hukuman atau akan melawan dengan mengajukan banding? Kita tunggu saja kelanjutannya!
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
