PORT OF SPAIN, Cinta-news.com – Pemerintah Trinidad dan Tobago mendadak mengaktifkan status siaga penuh untuk militernya pada Jumat (31/10/2025). Mereka mengambil langkah darurat ini sebagai respons langsung atas ketegangan memanas antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela. Menurut laporan AFP, seluruh pasukan harus segera kembali ke pangkalan. Mereka bersiaga pada “TINGKAT SIAGA NEGARA SATU” yang merupakan level tertinggi. Kepolisian setempat juga membatasi seluruh izin tinggal personelnya hingga pemberitahuan selanjutnya.
Langkah waspada ini muncul setelah aksi militer AS mengguncang kawasan. Amerika Serikat melancarkan serangan udara besar-besaran yang menyasar sedikitnya 15 kapal. Kapal-kapal itu diduga menyelundupkan narkoba di Karibia dan Pasifik. Operasi militer mematikan itu menewaskan 62 orang seketika. Insiden berdarah ini memicu spiral ketegangan yang meluas dengan cepat.
Posisi geografis Trinidad dan Tobago menjadikannya pion kunci dalam krisis ini. Negara kepulauan ini terletak sangat strategis, tepat di lepas pantai Venezuela. Lokasinya yang berbatasan langsung membuatnya sangat rentan. Wilayah ini menjadi semakin penting seiring dengan makin mencekamnya aktivitas militer di perairan sekitarnya.
Kabar siaga tinggi ini langsung memicu kepanikan massal di Ibu Kota Port of Spain. Warga berhamburan memburu persediaan makanan dan bahan bakar. Supermarket dan pom bensin dipadati orang yang kalut. Seorang jurnalis AFP menyaksikan langsung kerumunan chaos itu.
Pemerintah setempat pun angkat bicara menanggapi kepanikan. Mereka menyerukan warga untuk tetap tenang. Pemerintah juga menegaskan bahwa komunikasi intens sedang dilakukan dengan Kedutaan Besar Amerika Serikat di Port of Spain. Hal ini bertujuan mencegah eskalasi yang tidak diinginkan.
Sementara itu, operasi pemberantasan narkoba Washington melibatkan kekuatan militer masif. Amerika Serikat mengerahkan delapan kapal perang tangguh ke Karibia. Mereka juga menerbangkan pesawat tempur siluman canggih F-35 ke Puerto Riko. Satu gugus tugas kapal induk yang ditakuti juga dikirim untuk memperkuat posisi.
Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang telah didakwa AS langsung melontarkan kecaman pedas. Ia menuduh Washington memanipulasi isu narkotika sebagai dalih. Menurut Maduro, tujuan AS adalah memaksakan perubahan rezim di Caracas. Tuduhan ini semakin memanaskan situasi politik yang sudah panas.
Menanggapi tudingan dari Caracas, Presiden AS Donald Trump membantah dengan singkat. “Tidak,” kata Trump blak-blakan di dalam Air Force One. Ia menyangkal laporan tentang kemungkinan serangan terhadap Venezuela. Penyangkalan ini menambah dinamika ketegangan yang semakin tidak pasti.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio juga angkat bicara. Ia menepis laporan Miami Herald yang menyebut pasukan Washington bersiap menyerang Venezuela. Rubio menegaskan bahwa kabar itu sama sekali tidak benar. Namun penegasan ini masih menyisakan tanda tanya besar.
Seluruh peristiwa ini menciptakan badai geopolitik sempurna di Karibia. Trinidad dan Tobago yang terjepit terpaksa siagakan pasukannya. Sementara perang kata-kata AS dan Venezuela terus berlanjut. Pergerakan militer kedua negara menunjukkan tanda-tanda eskalasi. Pernyataan resmi Washington menyangkal rencana invasi, tapi langkah provokatif mereka berbicara sebaliknya. Negara tetangga seperti Trinidad dan Tobago kini harus menghadapi kenyataan pahit ini, bukan lagi sekadar ancaman di atas kertas.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com











