KUPANG, Cinta-news.com – Sebuah tindakan tegas yang mengejutkan akhirnya diambil Polda NTT. Brigadir Polisi Dua (Bripda) Torino Tobo Dara, anggota Direktorat Samapta Polda Nusa Tenggara Timur (NTT), harus menerima kenyataan pahit berupa pemecatan. Ia kehilangan jabatannya setelah terbukti menganiaya dua siswa dari Sekolah Polisi Negara (SPN) Kupang. Kapolda NTT pun memutuskan untuk memecatnya dari institusi Polri tanpa kompromi.
Komisi Kode Etik Polri (KKEP) segera bertindak cepat menyelenggarakan sidang. Kepala Bidang Humas Polda NTT, Komisaris Besar Polisi Hendry Novika Chandra, menegaskan keputusan sidang pada Rabu (19/11/2025). “Sidang KKEP telah kita gelar kemarin dan putusannya sangat tegas, yaitu PTDH atau Pemberhentian Tidak Dengan Hormat,” jelasnya. Sidang etik tersebut secara resmi mengakhiri karier Torino di tubuh Polri.
Persidangan kemudian mengungkap fakta-fakta mencengangkan. Hendry memaparkan bahwa Bripda Torino Tobo Dara terbukti melakukan dua pelanggaran berat. Pertama, ia jelas melakukan penganiayaan fisik terhadap kedua siswa SPN. Kedua, yang justru lebih mengejutkan, ia sendiri yang menyebarluaskan rekaman video aksi brutalnya. Akibatnya, video itu menjadi viral dan ramai diperbincangkan di media sosial.
Sidang KKEP bernomor PUT/58/XI/2025/KKEP pun menjatuhkan sanksi berlapis. Komisi pertama-tama menjatuhkan sanksi etika berat. Mereka menilai perilaku Torino bukan sekadar pelanggaran biasa, melainkan sudah termasuk perbuatan tercela yang sangat merusak citra kepolisian.
Sidang juga memutuskan sanksi administratif yang membuat Torino harus merasakan hidup terisolasi. Polda NTT menempatkannya di tempat khusus (Patsus) selama 20 hari penuh sebagai bentuk hukuman disipliner. Namun, puncak dari semua hukuman itu adalah sanksi terberat untuk seorang anggota polisi.
Keputusan pemecatan tanpa hormat (PTDH) akhirnya dijatuhkan sebagai bentuk pertanggungjawaban mutlak. Menariknya, Torino menyatakan tidak terima dengan keputusan tersebut. Ia pun mengajukan banding atas seluruh putusan yang telah dijatuhkan. Meskipun bukti telah berbicara sangat kuat, ia masih berusaha memperjuangkan nasibnya.
Hendry Novika Chandra menegaskan bahwa keputusan PTDH ini sangat serius. “Keputusan PTDH ini kita ambil sebagai bukti nyata keseriusan Polri dalam menjaga marwah institusi,” ujarnya dengan penuh wibawa. Institusi Polri rupanya benar-benar ingin membersihkan diri dari oknum-oknum yang tidak mencerminkan nilai-nilai luhur kepolisian.
Hendry lebih lanjut menjelaskan bahwa tindakan Torino telah melukai hati banyak pihak. “Perbuatan ini tidak hanya melanggar aturan, tetapi telah mencederai nilai-nilai dasar kepolisian,” tambahnya. Nilai-nilai seperti penjaga, pelindung, dan pengayom masyarakat ternodai oleh aksi oknumnya sendiri.
Oleh karena itu, tindakan tegas mutlak perlu mereka ambil demi mengembalikan kehormatan institusi. Selain itu, tindakan ini juga memberikan pesan kuat dan peringatan keras kepada seluruh personel Polri. Pesannya jelas: jaga integritas dan hindari pelanggaran, atau hadapi konsekuensi terberat.
Masyarakat sebelumnya telah dihebohkan oleh sebuah video singkat yang memilukan. Video berdurasi 26 detik itu dengan cepat menjadi viral dan menyebar luas di berbagai platform media sosial. Video inilah yang kemudian membongkar aksi tak terpuji oknum polisi tersebut.
Dalam video yang beredar luas, oknum polisi terlihat berdiri dengan sikap agresif di sebuah ruangan. Dua siswa SPN yang menjadi korbannya berada bersama dia di ruangan itu. Suasana tegang langsung terasa dan menunjukkan ketimpangan kekuasaan yang sangat besar antara pelaku dan korban.
Salah satu siswa yang tampak ketakutan sempat berusaha memohon belas kasihan. Korban pun memohon dengan suara lirih agar mereka tidak dipukul. Sayangnya, permohonan untuk tidak disakiti itu sama sekali tidak dihiraukan oleh oknum polisi yang sudah dikuasai emosi.
Alih-alih menghentikan niatnya, oknum tersebut malah melayangkan pukulan bertubi-tubi kepada kedua siswa yang tak berdaya. Dengan brutal, ia memukul kedua siswa secara bergantian di bagian-bagian tubuh vital. Wajah, dada, dan kepala menjadi sasaran pukulannya tanpa rasa kemanusiaan.
Aksi brutality-nya belum berakhir. Oknum tersebut tidak puas hanya dengan pukulan. Ia juga dengan keras menendang tubuh kedua siswa malang itu. Tendangannya begitu kuat hingga salah satu siswa nyaris terjatuh. Korban pun tidak mampu membela diri dari serangan tidak manusiawi tersebut. Adegan inilah yang paling menyayat hati dan memantik kemarahan publik.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
