cinta-news.com, Jakarta – Kata Pengamat Soal Rencana Bahlil Setop Impor BBM dari Singapura. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa pemerintah sedang mempertimbangkan untuk menghentikan impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura. Lebih lanjut, ia menekankan bahwa lebih dari separuh, atau sekitar 54 persen, total impor BBM Indonesia saat ini bergantung pada negara tersebut.
“Kita harus mengurangi ketergantungan ini,” tegas Bahlil dalam rapat kerja dengan Komisi VII DPR RI pada Kamis, 8 Mei 2025. “Pemerintah sedang menyusun strategi untuk mengalihkan impor BBM dari Singapura,” tambahnya.
Baca Juga: Indonesia Dinilai Paling Meriah Sambut Biksu Thudong
Namun, Fahmy Radhi, Dosen Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM), menilai rencana ini sebagai langkah yang keliru. Menurutnya, kebijakan ini tidak rasional secara ekonomi dan justru berpotensi merugikan Indonesia. Fahmy menegaskan, “Analisis cost and benefit menunjukkan kerugian Indonesia akan lebih besar.” Ia menambahkan, “Rantai pasok energi nasional juga berpotensi mengalami gangguan serius.”
Fahmy juga menduga bahwa wacana ini tidak lepas dari tekanan dagang Amerika Serikat, terutama sejak era Presiden Donald Trump. “AS ingin menekan defisit perdagangan dengan Indonesia,” ujarnya. “Karena sulit bagi Indonesia untuk mengimpor mobil atau produk manufaktur dari AS, maka minyak menjadi sasaran,” paparnya.
Di sisi lain, Mulyanto dari MITI mendesak Bahlil untuk mengevaluasi ulang rencana ini secara komprehensif. Mulyanto menekankan, “Pemerintah harus mengkaji secara mendalam aspek teknis dan ekonomisnya.” Ia menambahkan dengan tegas, “Sentimen nasionalisme sempit tidak boleh mendikte kebijakan energi kita.”
Ia pun memperingatkan risiko persepsi publik. “Masyarakat berpotensi menafsirkan ini sebagai manuver politik untuk mengalihkan permainan mafia impor minyak,” ujarnya.
Sebagai pakar energi, Mulyanto menggarisbawahi keunggulan strategis Singapura. “Hubungan timbal balik menguntungkan – selain impor BBM, Singapura justru mengimpor gas dan listrik dari Indonesia,” paparnya.
Dia membandingkan kapasitas kilang kedua negara: “Kapasitas kilang Singapura mencapai 1,5 juta barel/hari, jauh di atas Indonesia yang hanya 1 juta barel/hari. Harga BBM mereka pun lebih kompetitif.” Untuk itu, ia mendorong transparansi: “Pertamina harus membuka data harga impor kepada publik.”
Mulyanto menutup dengan rekomendasi konkret: “Pemerintah harus segera meningkatkan lifting minyak domestik dan merevitalisasi kilang dalam negeri. Inilah solusi nyata mengurangi impor BBM.”
Analisis & Rekomendasi
- Diversifikasi Sumber Impor – Pemerintah perlu mencari alternatif pemasok BBM selain Singapura untuk mengurangi risiko monopoli.
- Percepatan Revitalisasi Kilang. dipercepat kapasitas produksi agar dapat meningkat.
- Transparansi Harga Impor – Pertamina bisa mempublikasikan harga impor untuk mencegah spekulasi dan meningkatkan akuntabilitas.
- Evaluasi Dampak Ekonomi. EValuasi sebelum kebijakan di sah kan.
Rencana penghentian impor BBM dari Singapura menuai kritik dari berbagai pihak. Meski bertujuan mengurangi ketergantungan, langkah ini dinilai berisiko tinggi. Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan ini benar-benar menguntungkan secara ekonomi, bukan sekadar wacana politis semata.