desapenari.id — HAMAS Bebaskan Edan Alexander .Pada Minggu, 11 Mei 2025, Hamas mengumumkan rencana pembebasan Edan Alexander, sandera Israel-Amerika yang mereka tahan di Gaza selama lebih dari 550 hari. Langkah ini menjadi bagian dari upaya mencapai gencatan senjata sekaligus mempercepat distribusi bantuan kemanusiaan ke wilayah tersebut, seperti dilaporkan Axios.
Baca Juga: KAI Jakarta Tambah 5 Kereta
Witkoff terlibat langsung dalam negosiasi dengan Qatar, Mesir, dan Hamas, bahkan melakukan pembicaraan rahasia dengan Iran di Oman. Namun, Israel tidak turut serta dalam kesepakatan ini dan baru mengetahui perkembangan terbaru melalui intelijen mereka. Sebaliknya, mereka hanya perlu menyetujui gencatan senjata sementara dan menghentikan penerbangan drone di atas Gaza.
Negosiasi melibatkan pejabat AS, Qatar, Mesir, dan Hamas secara langsung. Utusan AS menyambut baik langkah ini sembari mendesak Hamas juga menyerahkan jenazah empat warga AS .
Baca Juga: Indonesia Dinilai Paling Meriah Sambut Biksu Thudong
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut periode ini sebagai “hari-hari yang sangat penting” dalam rapat tertutup dengan Komite Keamanan Knesset. Israel bahkan menjadikan kunjungan Trump sebagai batas waktu untuk mencapai kesepakatan baru. Jika gagal, mereka mengancam akan melancarkan operasi besar-besaran untuk menduduki dan meratakan Gaza, serta mengusir penduduknya.
Sementara itu, situasi kemanusiaan di Gaza semakin memprihatinkan. Lebih dari 52.800 warga Palestina tewas, sementara pasokan bantuan terus menipis akibat blokade yang belum juga dicabut.
Ia tinggal bersama kakek-neneknya di Tel Aviv dan di Kibbutz Hazor, di mana ia berbagi asrama dengan sesama prajurit. Edan Alexander, anak pertama pasangan Yael dan Adi, aktif mengikuti kompetisi renang dan sangat menyukai olahraga ekstrem semasa SMA.
Sebenarnya, ia bisa pulang karena ibunya sedang berkunjung, tetapi ia memilih tetap tinggal agar rekan-rekannya tidak perlu menggantikan jadwalnya.
Selama dalam penyekapan, keluarganya beberapa kali mendapat kabar tentang kondisinya. Para penculik memborgolnya dan memaksanya tetap mengenakan seragam militer saat itu. Ia meminta air kepada para penculik, lalu sempat bercerita bahwa ia berasal dari AS dan ibunya sedang berada di Tel Aviv.
Dengan tenang, Edan menghibur mereka sambil berkata tegas, “Kamu warga sipil, tidak terlibat dalam ini. Kamu akan Bebas.” Kata-katanya yang menenangkan itu langsung meredakan ketakutan pasangan tersebut.
Selanjutnya, sandera wanita itu menambahkan bahwa para penculik akhirnya melepas borgol dari Edan dan tahanan lainnya. Hal ini terjadi karena mereka sandera tidak membahayakan.
Kini, pembebasannya menjadi titik terang di tengah konflik berkepanjangan, meski jalan menuju perdamaian masih panjang.