WASHINGTON, Cinta-news.com – Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Venezuela meledak menjadi konflik terbuka. Pada Kamis (4/9/2025), dua pesawat tempur Venezuela secara provokatif membayangi dan mendekati kapal Angkatan Laut AS yang sedang berpatroli di perairan internasional.
Pentagon langsung merespons dengan kemarahan. Mereka mengecam manuver tersebut sebagai tindakan “sangat provokatif”. Selain itu, Pentagon secara terbuka menyebut pemerintah Caracas sebagai “kartel”. Melalui platform X, juru bicara mereka menulis, “Dua pesawat militer rezim Maduro hari ini terbang berbahaya di dekat kapal kami.” Pernyataan itu juga memperingatkan, “Kartel yang mengendalikan Venezuela harus menghentikan segala upaya untuk menghalangi operasi antinarkotika dan antiterorisme militer AS.”
Latar belakang insiden ini adalah keputusan AS untuk mengerahkan armada perangnya ke Karibia selatan. Pemerintah AS beralasan bahwa operasi ini bertujuan memerangi perdagangan narkoba. Langkah ini mereka ambil setelah Washington secara resmi menuduh Presiden Venezuela, Nicolás Maduro, sebagai bos kartel narkoba.
Eskalasi pun terjadi. Pada Selasa lalu, pasukan AS meledakkan sebuah speedboat yang mereka duga untuk penyelundupan narkoba di Karibia. Ledakan itu menewaskan sebelas orang di dalamnya. Presiden Donald Trump langsung menyatakan bahwa speedboat tersebut merupakan milik Tren de Aragua, sindikat kriminal Venezuela yang ia kaitkan dengan Maduro.
Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio membela kebijakan agresif ini. Saat berkunjung ke Ekuador, ia menyatakan dukungan penuh atas pendekatan baru Trump. Dalam konferensi pers bersama Menlu Ekuador Gabriela Sommerfeld di Quito, Rubio menegaskan komitmen AS untuk membasmi kartel. “Sekarang, sekutu kami akan membantu menemukan orang-orang ini dan meledakkan mereka jika diperlukan,” tegas Rubio, Kamis.
Sehari sebelumnya di Meksiko, Rubio sudah menyampaikan pesan keras. Ia menekankan bahwa hanya tindakan tegas yang dapat menghentikan jaringan narkotika. “Para kartel ini hanya akan berhenti ketika Anda meledakkan mereka, ketika Anda menyingkirkan mereka,” ujarnya. Rubio juga mengungkapkan bahwa Trump telah menetapkan kelompok Venezuela seperti Tren de Aragua sebagai “organisasi narkoteroris”. Ia menambahkan, “Siapa pun yang membawa kokain atau fentanyl ke AS adalah ancaman langsung.”
Venezuela membalas dengan kecaman keras. Caracas menuduh Washington melakukan pembunuhan di luar hukum dalam insiden speedboat. “Mereka membunuh 11 orang tanpa proses peradilan,” protes pemerintah Venezuela. Serangan ini menjadi eskalasi dramatis karena AS biasanya mengandalkan operasi polisi biasa, bukan kekuatan mematikan, untuk menyita narkoba.
Menanggapi tekanan ini, Presiden Maduro mengambil langkah drastis. Ia mengumumkan pengerahan penuh militer Venezuela yang berjumlah 340.000 personel plus lebih dari delapan juta anggota cadangan. “Jika Venezuela diserang, kami akan segera melawan dengan senjata,” tegas Maduro kepada wartawan asing. Ia bahkan menyatakan, “Langkah AS adalah ancaman terbesar bagi benua kita dalam satu abad terakhir.”
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com