PAMEKASAN, Cinta-news.com – Satuan Kepolisian Air (Polair) Polres Pamekasan pun langsung bergerak cepat dan menjanjikan penyelidikan tuntas atas dugaan praktik pemalakan mirip “penyamun laut” yang oknum petugasnya lakukan terhadap para nelayan di tengah lautan lepas Pamekasan. Lebih panas lagi, rumor ini ternyata sudah jadi rahasia umum di kalangan komunitas nelayan!
Sebelumnya, gelombang keluhan ternyata sudah lama bergulir dari sejumlah nelayan Pamekasan. Para nelayan pun dengan lantang menuding oknum berseragam Polair—yang mereka klaim berasal dari luar wilayah Pamekasan—kerap mendatangi kapal mereka di tengah laut dan secara semena-mena meminta uang dengan nominal yang fantastis. Bayangkan saja, nilai pungutannya sangat variatif, mulai dari Rp 300 ribu hingga bahkan mencapai Rp 1 juta! Mereka pun dengan sengaja memilih dalih yang terkesan dicari-cari, yaitu menuding surat-surat nelayan tidak aktif atau tidak lengkap.
Menanggapi gelombang laporan masyarakat ini, Kasat Polair Polres Pamekasan Ipda Isrok Wahyudi langsung buka suara. Ia mengaku baru mendapatkan informasi mengejutkan ini dan langsung menegaskan komitmennya. “Justru saya baru mendapatkan informasinya sekarang. Tanpa basa-basi, kami akan segera menyelidiki kebenaran dari dugaan serius ini,” tegasnya dengan nada serius.
Isrok kemudian melanjutkan dengan menyatakan prinsip satuan yang dipimpinnya. Menurut penjelasannya, anggota Polair Polres Pamekasan sendiri seharusnya tidak akan melakukan tindakan yang merugikan masyarakat. “Sebaliknya, anggota Polair Pamekasan justru sering membantu para nelayan dalam berbagai situasi. Bahkan, kami sudah banyak yang saling kenal akrab dengan mereka,” ujarnya, mencoba memberikan penjelasan dari sisi integritas tim internalnya.
Namun, di sisi lain, pihaknya sangat membutuhkan fakta dan data yang konkret. Isrok mengakui bahwa mereka perlu segera mengumpulkan keterangan dari sejumlah pihak terkait untuk mengungkap kebenaran dugaan pemalakan tersebut. “Investigasi akan kami lakukan secara komprehensif. Dan kalau memang nanti terbukti ada oknum terlibat, kami tidak akan segan untuk memberikan sanksi tegas, dimulai dari peringatan keras,” janjinya dengan penuh keyakinan.
Isrok juga tidak menampik fakta tentang sering adanya personel BKO (Bawah Kendali Operasi) Polair dari daerah lain yang bertugas di wilayah hukumnya. Namun, ia mengklaim bahwa selama ini sama sekali tidak pernah mendapatkan laporan atau informasi soal adanya dugaan pemalakan tersebut dari para nelayan. “Sejauh ini, kami sama sekali tidak mencurigai adanya hal seperti itu. Tapi, sekali lagi, kami tidak akan menutup mata. Segala bentuk laporan akan kami usut tuntas,” tuturnya dengan tekad bulat.
Sementara itu, dari sisi korban, cerita yang mengalir justru jauh lebih mencekam. Sebelumnya, seorang nelayan berinisial NR mengungkapkan pengalaman traumatisnya. Menurut NR, oknum Polair tersebut sering mendekati kapal nelayan secara tiba-tiba, terutama pada siang hari. Mereka lalu memeriksa dokumen kapal dan juga muatan ikan di tengah laut dengan sikap yang menekan.
“Waktunya memang tidak pernah tentu. Tapi, mayoritas kejadiannya rata-rata terjadi di siang hari bolong. Hal itu selalu saja membuat kami merasa was-was dan khawatir setiap kali melaut,” ucap NR dengan suara lirih, menggambarkan tekanan psikologis yang dialami.
Yang lebih mencengangkan, NR mengonfirmasi bahwa informasi tentang aktivitas oknum Polair di tengah laut ini sudah santer dan menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat pesisir sejak lama. Sayangnya, teror dan rasa takut yang mendalam membungkam mulut para nelayan. “Kami selama ini benar-benar ketakutan untuk bercerita secara terang-terangan. Takut ada balasan atau malah menjadi sasaran berikutnya,” ungkapnya, mengungkapkan alasan di balik kesunyian yang berlarut-larut ini.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com
