Cinta News – Kabar Terkini, Penuh Inspirasi!
News  

BMKG Ingatkan Potensi Hujan Deras dan Gelombang Besar di Wilayah RI 7 Hari ke Depan

Cinta-news.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini untuk masyarakat Indonesia. Lembaga ini memprediksi hujan lebat dan gelombang tinggi akan melanda beberapa wilayah dalam sepekan ke depan. Masyarakat perlu mewaspadai prediksi ini bersama-sama.

Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menjelaskan bahwa sebagian besar wilayah sedang memasuki masa peralihan musim. Fase ini biasanya menampilkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Fenomena ini sering terjadi secara tiba-tiba dan singkat.

“Berbagai faktor dinamika atmosfer yang kompleks memicu fenomena ini,” jelas Andri pada Selasa (23/9/2025). Faktor-faktor dari tingkat global hingga lokal berkontribusi terhadap cuaca ekstrem ini.

Untuk periode 23-29 September 2025, BMKG memproyeksikan cuaca Indonesia akan didominasi berawan hingga hujan ringan. Namun, Andri mengingatkan masyarakat tentang peningkatan hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di banyak provinsi.

Beberapa wilayah yang perlu waspada terhadap hujan sedang antara lain Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Potensi hujan sedang juga mencakup wilayah Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua, serta Papua Selatan.

BMKG juga mengingatkan masyarakat tentang potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang. Dua wilayah, yaitu Papua Tengah dan Papua Pegunungan, masuk dalam kategori siaga. Masyarakat di Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan perlu mewaspadai angin kencang.

Beberapa faktor menyebabkan cuaca ekstrem ini. Nilai dipole mode index (DMI) yang negatif meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah barat Indonesia. Suhu permukaan laut yang menghangat juga memicu pembentukan awan hujan.

Faktor global seperti gelombang atmosfer Rossby Equatorial, Kelvin, dan Madden Julian Oscillation (MJO) turut berperan. Nilai Outgoing Longwave Radiation (OLR) yang negatif menguatkan kecenderungan tumbuhnya awan hujan.

“Siklon tropis dan bibit siklon tropis di perairan utara juga memperkuat pertumbuhan awan,” jelas Andri. Keberadaan sistem tekanan rendah ini mempengaruhi pola angin di sekitarnya.

Pertemuan angin yang membentang dari Laut Andaman hingga Samudera Pasifik turut mempengaruhi kondisi cuaca saat ini. Ketidakstabilan atmosfer dan kelembapan tinggi menjadi pemicu utama awan pembawa hujan lebat.

BMKG meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan terhadap banjir, genangan, dan tanah longsor. “Kami mengharapkan masyarakat melakukan tindakan antisipatif,” tutur Andri. Langkah-langkah tersebut termasuk membersihkan saluran drainase dan memantau informasi cuaca resmi BMKG. Kewaspadaan kita bersama menjadi kunci menghadapi cuaca ekstrem ini.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

Exit mobile version