Cinta-news.com – Bappenas mengungkap proyeksi mengerikan. Krisis iklim mengancam masa depan kelautan Indonesia. Lebih parahnya, pemodelan terbaru menunjukkan hampir 90% perairan akan jadi zona berbahaya untuk nelayan tradisional. Berdasarkan proyeksi gelombang 2006–2025, perairan kita akan dipenuhi gelombang tinggi ganas.
Artinya, nelayan kecil dengan kapal bawah 10 GT akan sangat kesulitan. Mereka mungkin berhenti mencari nafkah di laut. Sebagaimana dijelaskan Direktur Kelautan dan Perikanan Bappenas, Mohamad Rahmat Mulianda dalam webinar ‘Ancaman dari Tepi Pantai’, “Nelayan kecil paling rentan. Mereka terpaksa berhenti melaut karena laut makin tidak bersahabat.”
Tidak berhenti di situ, gelombang tinggi juga ancam jalur logistik nasional. Program tol laut ikut terancam. Sebagai contoh, rute kapal Pelni di barat Sumatera akan sering hadapi gelombang lebih dari 3 meter. Rahmat memperingatkan, “Konektivitas tol laut akan terganggu tanpa kapal yang lebih tangguh.”
Dampak ekonominya sangat besar. Menurut Bappenas, sektor kelautan bisa rugi Rp 400,8 triliun! Sektor pesisir juga terancam kerugian Rp 6,7 triliun. Angka ini butuh aksi mitigasi serius.
Selain gelombang, masyarakat pesisir hadapi tiga ancaman: polusi, kerusakan lingkungan, dan hilangnya keanekaragaman hayati. Polusi utama datang dari limbah rumah tangga dan tumpahan minyak. Faktanya, banyak masyarakat masih belum pilah sampah.
Akibatnya, sampah plastik masuk laut tanpa pengolahan. Sampah ini tidak hanya cemari perairan dan rusak ekosistem, tapi juga jadi silent killer. Bayangkan, plastik termakan ikan, menumpuk di tubuhnya, lalu kita konsumsi. Rahmat mengingatkan, “Polusi sampah bisa jadi bencana besar tanpa kontrol ketat.”
Di sisi lain, Rahmat tekankan pentingnya jaga keanekaragaman hayati. Sebagai negara mega biodiversity, dunia akui kekayaan alam Indonesia terbesar. Oleh karena itu, kita punya tanggung jawab besar. “Kita tidak boleh anggap enteng hilangnya spesies. Itu bukan hal biasa. Kita harus jaga setiap spesies, jangan sampai punah,” tegasnya.
Pada intinya, laporan Bappenas ini sirene darurat. Ancaman untuk nelayan kecil, logistik, ekonomi, dan keanekaragaman hayati nyata terjadi. Tanpa aksi kolektif cepat, gelombang tinggi dan sampah plastik akan ubah pesisir jadi zona bencana. Maka dari itu, momentum ini harus jadi kesempatan terakhir untuk berbenah. Kita harus bangun ketahanan sektor maritim untuk generasi mendatang.
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com