RIYADH, Cinta-news.com – Kini Trump Bertemu Presiden Suriah di Arab Saudi. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kejutan dengan bertemu Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa di Riyadh, Arab Saudi, Rabu (14/5/2025). Dalam pertemuan ini, Trump mengumumkan rencananya mencabut sanksi terhadap Suriah untuk membuka jalan menuju perdamaian.
Presiden AS Donald Trump menegaskan, Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoganlah yang memprakarsai pertemuan bersejarah ini. Kedua pemimpin itu secara aktif mempertemukan AS dengan Suriah saat Trump menghadiri KTT Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) di Arab Saudi.
“Kini Suriah memiliki pemerintahan baru yang semoga sukses. “Saya ucapkan selamat, tunjukkan sesuatu yang spesial,” seru Trump, dikutip AP. Segera, pernyataan ini langsung memicu gelombang dukungan. Terutama dari warga Suriah yang sudah jenuh dengan konflik bertahun-tahun.
Baca Juga: HEBOH: Donald Trump Akan Akui Negara Palestina
Sebelum berkuasa, Ahmad Al-Sharaa memimpin Hayat Tahrir Al-Sham (HTS) yang berhasil menggulingkan Bashar al-Assad melalui serangan ke Damaskus pada 2024. Namun, latar belakangnya menyimpan kontroversi besar.
Setelah kembali ke Suriah saat perang saudara meletus pada 2011, Al-Sharaa memimpin Front Al-Nusra—sayap Al-Qaida di Suriah—sebelum mengubahnya menjadi HTS. Kelompok ini kemudian menjadi ujung tombak pemberontakan terhadap Assad, yang akhirnya membawanya ke kursi kepresidenan.
Masyarakat dan pemerintah Suriah menyambut gembira keputusan Trump mencabut sanksi. Kementerian Luar Negeri Suriah menyebut langkah ini sebagai “titik balik sejarah” bagi rakyat mereka.
“Pencabutan Sanksi Buka Jalan bagi Suriah Bangkit Mandiri”
Dengan pencabutan sanksi, Suriah kini memiliki kesempatan emas untuk bangkit dari keterpurukan. Trump tampaknya berharap kebijakan barunya ini akan mempercepat proses perdamaian di negara yang telah hancur oleh perang selama lebih dari satu dekade.
Sementara itu, dunia internasional masih memantau perkembangan ini dengan cermat. Banyak pihak berharap langkah Trump bisa menjadi awal rekonsiliasi, meski beberapa negara mungkin masih skeptis melihat latar belakang Al-Sharaa.
Peran Arab Saudi dan Turki sebagai mediator dalam pertemuan ini patut diapresiasi. Kedua negara disebut berhasil mempertemukan dua pihak yang sebelumnya berseberangan secara ideologis.
Jika rencana perdamaian ini berjalan lancar, bukan tidak mungkin hubungan AS dan Suriah akan memasuki babak baru. Trump sendiri tampak optimis, sementara Al-Sharaa berjanji memanfaatkan momentum ini untuk membangun Suriah yang lebih baik.
Meski demikian, jalan menuju perdamaian tetap tidak mudah. Suriah masih harus menyelesaikan banyak masalah internal, termasuk rekonstruksi infrastruktur dan pemulihan ekonomi. Namun, dengan dukungan internasional, harapan untuk Suriah yang damai semakin nyata.
Pertemuan Trump dan Al-Sharaa ini tidak hanya mengejutkan dunia, tetapi juga membuka lembaran baru bagi Suriah. Kini, semua mata tertuju pada apakah kedua pemimpin ini benar-benar bisa mewujudkan perdamaian yang telah dinanti-nantikan.