MEDAN, Cinta-news.com – Purbaya Yudhi Sadewa baru saja dilantik sebagai Menteri Keuangan oleh Presiden Prabowo Subianto, menggantikan Sri Mulyani. Namun, belum apa-apa, ucapannya sudah bikin heboh. Purbaya menyebut tuntutan 17+8 cuma suara segelintir rakyat kecil. Sontak, pernyataan ini memicu kemarahan publik, hingga akhirnya ia buru-buru minta maaf. Belum selesai di situ, dalam rapat bersama Komisi XI DPR RI pada Rabu (10/9/2025), Purbaya blak-blakan bilang aksi demo besar-besaran di berbagai daerah terjadi karena kebijakan fiskal dan moneter yang keliru. Nah, apa kata pakar soal gaya komunikasi Purbaya yang bikin gaduh ini?
Profesor komunikasi top dari Universitas Sumatera Utara, Prof Iskandar Zulkarnain, langsung kasih kritik pedas. Menurutnya, Purbaya masih payah dalam komunikasi publik. “Pilihannya kata-kata bisa bikin orang naik pitam, apalagi di tengah situasi panas kayak sekarang,” ungkap Iskandar via telepon, Jumat (12/9/2025). Ia menambahkan, pejabat publik harus super hati-hati dengan setiap ucapan. “Komunikasi itu bukan cuma ngomong, tapi juga soal dampak yang ditimbulkan,” tegasnya.
Lebih lanjut, Iskandar bilang komunikasi publik bukan cuma soal menyampaikan pesan. “Pejabat harus sadar, kata-kata mereka bisa nambah informasi, ubah persepsi, sampe mengguncang sikap dan perilaku masyarakat,” jelasnya. Makanya, Purbaya harus lebih cerdas memilih diksi agar tidak memancing konflik. “Kalau salah omong, efeknya bisa bikin publik marah,” tambahnya.
Iskandar juga menyoroti beberapa syarat komunikasi publik yang wajib dipenuhi pejabat. Pertama, pejabat harus menguasai data dan fakta. “Jangan asal ngomong, apalagi bohong. Kebohongan itu cepat atau lambat pasti ketahuan,” tegasnya. Kedua, komunikasi bukan cuma soal kata-kata, tapi juga bahasa tubuh dan ekspresi wajah. “Purbaya harus sadar, gerakan tangan, mimik muka, semua itu diperhatikan orang,” ujar Iskandar. Jadi, verbal dan nonverbal harus selaras biar pesan sampai dengan tepat.
Meski begitu, Iskandar melihat sisi positif dari Purbaya. Saat rapat dengan DPR, Purbaya tampil terbuka soal data dan pengalamannya menangani krisis ekonomi. “Dia berbagi pengalaman saat Indonesia krisis, itu bagus. Seharusnya gaya komunikasi kayak gitu yang dia pakai terus,” puji Iskandar. Menurutnya, Purbaya perlu konsisten menunjukkan sisi transparan dan berwibawa, bukan malah bikin pernyataan yang memicu amarah.
Purbaya memang sempat bikin blunder dengan menyebut tuntutan 17+8 sebagai suara minoritas. Akibatnya, publik langsung geram, dan ia cepat-cepat minta maaf. Dalam rapat DPR, ia juga berani mengakui bahwa demo besar-besaran terjadi karena kebijakan fiskal dan moneter yang salah. “Itu langkah bagus, tapi dia harus lebih hati-hati ke depannya,” saran Iskandar.
Intinya, Iskandar menegaskan bahwa komunikasi publik adalah soal tanggung jawab. “Setiap kata yang keluar dari mulut pejabat itu ibarat bensin. Kalau salah, bisa nyulut api kemarahan publik,” katanya. Ia menyarankan Purbaya belajar dari kesalahan, memperbaiki gaya komunikasi, dan memastikan verbal serta nonverbal-nya selaras. Dengan begitu, pesan yang disampaikan bisa diterima publik tanpa memicu konflik.
Purbaya kini berada di bawah sorotan tajam. Publik menanti langkahnya memperbaiki komunikasi agar tidak lagi bikin gaduh. “Dia punya potensi, tapi harus belajar cepat soal komunikasi publik,” tutup Iskandar. Akankah Menkeu baru ini bisa membuktikan diri? Kita tunggu saja aksinya!
Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com