Cinta News – Kabar Terkini, Penuh Inspirasi!
News  

Mengapa Truk Sering Tabrak Gerbang Tol Ciawi 2

BOGOR, Cinta-news.com – Insiden kecelakaan di Gerbang Tol (GT) Ciawi 2 kembali terulang! Pada Kamis (4/9/2025) dini hari tepatnya pukul 02.35 WIB, sebuah truk trailer dan truk 3/4 kembali menabrak dan merusak fasilitas tol. Peristiwa pilu ini seakan tidak pernah belajar dari kejadian serupa yang telah terjadi sebelumnya.

Sementara pihak berwenang masih menyusun kronologi resmi, dugaan sementara mengarah pada sopir yang diduga melompat dari truknya. Akibatnya, kendaraan berat itu pun melaju tanpa kendali dan akhirnya menghancurkan dua gardu tol. Bayangkan betapa menegangkannya situasi ketika truk besar itu meluncur tanpa sopir dan akhirnya mengakhiri ‘perjalanannya’ dengan benturan keras.

Yang lebih mencengangkan, ini merupakan kecelakaan ketiga yang menimpa GT Ciawi 2 sepanjang 2025! Sebelumnya, truk tronton pengangkut air mineral dan truk wing box sudah lebih dulu ‘menyapa’ gerbang tol ini dengan cara yang sama brutalnya. Pola kejadian yang berulang ini jelas menunjukkan bahwa ada masalah sistemik yang tidak bisa kita abaikan begitu saja.

Lalu, apa sebenarnya yang menjadi akar masalahnya? Menurut Ahmad Wildan, Senior Investigator dari Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), ruas tol dari Ciawi menuju Jakarta menyimpan bahaya tersembunyi atau hidden hazard yang mematikan. “Jalan menurun di tol Ciawi itu dari atas tidak begitu terlihat dan panjang. Ketika pengemudi truk lengah dan menggunakan gigi tinggi, mereka akan memaksa rem bekerja berulang kali,” jelas Wildan pada Kamis (4/9/2025). Jadi, kondisi jalan yang tampaknya biasa saja ternyata menyimpan jebakan maut bagi para pengendara, terutama truk.

Kebiasaan para pengemudi truk yang menggunakan gigi tinggi di turunan panjang lantas mengandalkan rem secara terus-menerus menjadi ritual berbahaya yang berujung pada malapetaka. Tanpa disadari, praktik keliru ini memicu overheated pada sistem rem sehingga risiko rem blong melonjak drastis. Akhirnya, truk pun hilang kendali dan seperti tertarik untuk menabrak GT Ciawi 2.

Wildan kemudian memaparkan dua solusi cerdas untuk memutus rantai kecelakaan ini: self explaining road dan forgiving road. Pertama, self explaining road merupakan konsep jalan yang mampu ‘berbicara’ kepada penggunanya tentang bahaya yang mengintai dan langkah yang harus mereka ambil. Sebagai contoh, pengelola jalan tol dapat memasang rambu besar yang bertuliskan, “TURUNAN PANJANG, GUNAKAN GIGI RENDAH SEKARANG!” Mereka juga harus menempatkannya secara strategis, yaitu sekitar 100 meter sebelum jalan menurun dimulai.

Kedua, forgiving road merupakan konsep jalan yang ‘memaafkan’ kesalahan pengemudi dengan menyediakan jalur penyelamat. Jadi, ketika kecelakaan hampir terjadi, pengemudi masih memiliki kesempatan untuk menyelamatkan diri melalui jalur khusus tersebut. Sayangnya, berdasarkan pantauan di lapangan, meski beberapa rambu peringatan sudah terpasang, letaknya justru berada di lokasi yang sudah menurun. Selain itu, pihak pengelola juga telah menghilangkan jalur penyelamat yang dahulu ada di ruas tersebut.

Dengan demikian, meski beberapa upaya telah dilakukan, nyatanya implementasinya belum maksimal. Rambu yang seharusnya memberikan peringatan dini justru terpasang di tempat yang kurang tepat, sementara jalur penyelamat yang menjadi ‘jaring pengaman’ terakhir justru tidak tersedia lagi. Akibatnya, GT Ciawi 2 seperti menjadi ‘medan magnet’ bagi truk-truk yang kehilangan kendali.

Oleh karena itu, kita memerlukan langkah serius dan evaluasi mendalam dari semua pihak terkait. Pemasangan rambu yang lebih efektif dan penyediaan kembali jalur penyelamat menjadi harga mati yang tidak bisa kita tawar lagi. Mari kita berharap agar tragedi ini menjadi yang terakhir dan tidak ada lagi korban berikutnya.

Dapatkan juga berita teknologi terbaru hanya di newtechclub.com

Exit mobile version