NEW DELHI, Cinta-news.com – Gelombang kemarahan warga India terhadap kebijakan tarif impor AS memuncak! Produk-produk ikonik Amerika seperti McDonald’s, Coca-Cola, Amazon, dan Apple kini jadi sasaran boikot massal. Pemicunya? Keputusan Presiden AS Donald Trump yang memberlakukan tarif impor 50% untuk barang-barang India, seperti dikeluarkan Gedung Putih pada Rabu (6/8/2025). Bahkan, AS tak segan mengancam akan menaikkan tarif lebih tinggi jika India terus membeli minyak dan senjata dari Rusia.
Seruan Boikot Menggema, Masyarakat Beralih ke Produk Lokal
India, sebagai pasar raksasa bagi merek-merek AS, kini mulai bergerak melawan. Manish Chowdhary, pendiri Wow Skin Science, langsung memanfaatkan LinkedIn untuk menggalang dukungan. Ia menyerukan agar produk “Made in India” menjadi kebanggaan global, mencontoh kesuksesan Korea Selatan yang berhasil mendunia lewat kuliner dan kosmetiknya.
“Kita rela antre panjang demi produk impor, tapi abai pada brand lokal yang justru berjuang di negeri sendiri,” tegas Chowdhary.
Tak hanya itu, Rahm Shastry, CEO DriveU, ikut bersuara. Ia mendorong India untuk memiliki platform media sosial sendiri, mirip China yang punya Weibo dan WeChat. “Kita butuh Twitter, YouTube, WhatsApp versi India—tanpa tergantung AS!” tulisnya penuh semangat.
Dukungan Pemerintah: Modi Serukan Kemandirian Ekonomi
Perdana Menteri Narendra Modi tak tinggal diam. Dalam pidatonya di Bengaluru, ia menekankan pentingnya memprioritaskan produk dalam negeri. “Perusahaan teknologi India sudah membuktikan diri di kancah global. Sekarang saatnya kita dukung mereka,” ujarnya disambut sorak hadirin.
Dukungan juga datang dari kelompok Swadeshi Jagran Manch (SJM), sayap Partai BJP pimpinan Modi. Mereka menggelar aksi serentak di berbagai kota, membagikan daftar alternatif produk lokal via WhatsApp—mulai dari sabun, pasta gigi, hingga minuman pengganti Coca-Cola.
“Ini bukan sekadar boikot, tapi gerakan nasionalisme!” tegas Ashwani Mahajan, koordinator SJM. Poster bertajuk “Boikot Rantai Makanan Asing” pun viral di media sosial, menampilkan logo McDonald’s dan kompetitornya.
Tapi… Tidak Semua Warga Ikut Arus!
Di tengah gencarnya seruan boikot, sebagian masyarakat tetap cuek. Rajat Gupta (37), misalnya, terlihat santai menyeruput kopi di gerai McDonald’s Lucknow. “Tarif itu urusan pemerintah, masa burger saya ikut kena imbas?” ujarnya sambil tertawa.
Yang menarik, di saat ketegangan memanas, Tesla malah membuka showroom keduanya di New Delhi (11/8/2025). Acara ini dihadiri pejabat India dan perwakilan Kedubes AS, menunjukkan bahwa hubungan dagang kedua negara masih punya harapan.
Perlawanan atau Sekadar Euforia Semu?
Gerakan boikot ini jelas jadi tamparan keras bagi AS. Namun, apakah cukup kuat untuk mengubah kebiasaan konsumen India yang sudah kecanduan produk Amerika? Atau justru jadi bumerang bagi industri lokal? Satu hal yang pasti—perang dagang ini baru saja memasuki babak panas!
“Kita lihat saja, siapa yang akhirnya menyerah duluan,” kata seorang pengamat ekonomi sambil mengedipkan mata.